FORMULASI SEDIAAN KRIM
1. Formula Standar
Krim
Kloramfenikol
Komposisi Tiap 10 g mengandung:
Chloramphenicolum 200 mg
Propilenglikol 1,2 g
Na.
Lauril sulfat 100 mg
Setostearil
alkohol 2,5 g
Vaselin
putih 2,5 g
2. Uraian Sediaan
Krim adalah
sediaan setengah padat yang berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan
obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai dan
mengandung air tidak kurang dari 60 % (Syamsuni, H. 2002).
Krim adalah
bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara
tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau
disperse mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air,
yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan
estetika (DitJen POM, 1995).
Kestabilan
krim akan rusak bila terganggu sistem pencampurannya terutama disebabkan karena
perubahan suhu dan perubahan komposisi, disebabkan penambahan salah satu fase
secara berlebihan atau pencampuran dua tipe krim, jika zat pengemulsinya tidak
tercampurkan satu sama lain Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui
pengencer yang cocok.Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu
satu bulan (DitJen POM, 1979).
Krim
berfungsi sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit, sebagai
bahan pelumas untuk kulit, dan sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah
kontak permukaan kulit dengan larutan berair dan rangsangan kulit (Anief, 2005).
Selain itu, menurut British Pharmacopoeia, krim diformulasikan untuk sediaan
yang dapat bercampur dengan sekresi kulit.Sediaan krim dapat diaplikasikan pada
kulit atau membran mukosa untuk pelindung, efek terapeutik, atau profilaksis
yang tidak membutuhkan efek oklusif (Marriot, John F., et al., 2010).
Menurut
Anief (2005), kualitas dasar krim, yaitu:
1.
Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus
bebas dari inkopatibilitas, stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada
dalam kamar.
2.
Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh
produk menjadi lunak dan homogen.
3.
Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang
paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.
4.
Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata
melalui dasar krim padat atau cair pada penggunaan.
Bahan-bahan
yang digunakan sebagai penyusun krim mencakup emolien, zat sawar, zat humektan,
zat pengemulsi, zat pengawet (Ditjen POM, 1995).
1.
Emolien; Zat yang paling penting untuk bahan pelembut
kulit adalah turunan dari lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak,
lemak alkohol.
2.
Zat sawar; Bahan-bahan yang biasa yang digunakan
adalah paraffin wax, asam stearat.
3.
Humektan; Humektan adalah suatu zat yang dapat
mengontrol perubahan kelembaban di antara produk dan udara, baik didalam kulit
maupun diluar kulit. Biasanya bahan yang digunakan adalah gliserin yang mampu
menarik air dari udara dan menahan air agar tidak menguap.
4.
Zat pengemulsi; Zat pengemulsi adalah bahan yang
memungkinkan tercampurnya semua bahan-bahan secara merata (homogen), misalnya
gliseril monostearat, trietanolamin (Wasitaatmadja, 1997).
5.
Pengawet; Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan
kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama.
Pengawet dapat bersifat antikuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh
aktivitas mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil.Selain itu juga dapat
bersifat antioksidan yang dapat menangkal terjadinya oksidasi (Wasitaatmadja,
1997).
3. Desain Formula
Formulasi Krim
Formula krim kloramfenikol mengandung
Kloramfenikol 2%
Basis ad 50 g
Formula basis krim ketiga formula dapat dilihat pada Tabel sebagai
berikut.
No
|
Bahan
|
Formula
1
|
Formula
2
|
Formula
3
|
1.
|
Na. Lauril sulfat
|
-
|
-
|
1
|
2.
|
Propilenglikol
|
-
|
5
|
12
|
3.
|
Setostearil alkohol
|
-
|
-
|
25
|
4.
|
Asam stearat
|
3,5
|
9
|
-
|
5.
|
Vaselin putih
|
-
|
-
|
25
|
6.
|
Lanolin
|
-
|
2
|
-
|
7.
|
Parafin liquid
|
10
|
5
|
-
|
8.
|
Setil alkohol
|
1
|
1
|
-
|
9.
|
Gliserin
|
5
|
-
|
-
|
10.
|
KOH
|
-
|
0,5
|
-
|
11.
|
Trietanolamin
|
1
|
-
|
-
|
12.
|
Aquadest
|
ad 100
|
ad 100
|
ad 100
|
Jumlah
|
100
|
100
|
100
|
Keterangan:
Formula krim kloramfenikol 2%.
Jumlah krim kloramfenikol yang dibuat
50 gram.
Cara Pembuatan Basis Krim
Fasa minyak dimasukkan kedalam cawan penguap lalu dilebur pada
suhu 700 C diatas tanggas air (masa 1). Fasa air dilarutkan dalam air panas
(masa 2). Pada suhu yang sama masa 1 dan masa 2 dicampurkan dalam lumpang panas
(700 – 750 C) sambil digerus sampai terbentuk masa krim yang homogen.
Cara Pembuatan Krim
Kloramfenikol
Kloramfenikol sebanyak 1 g, digerus halus lalu ditambahkan dasar
krim yang telah jadi sedikit demi sedikit ad 50 g, digerus sampai homogen.
Terakhir dimasukkan kedalam wadah yang tertutup baik dan bermulut lebar kemudian
disimpan ditempat yang sejuk (Oktavia, Maria Dona, Sri Kartika Ayu, Auzal
Halim. 2014).
4. Monografi Zat Aktif dan Bahan
Tambahan
Kloramfenikol
Pemerian: Hablur halus berbentuk
jarum, atau lempeng memanjang, putih sampai putih kelabu atau putoh kekuningan,
tidak berbau, rasa sangat pahit, dalam larut asam lemah, mantap.
Kelarutan :Larut dalam lebih kurang
400 bagian air, dalam 2.4 bagian etanol 95%
P, dan dalam 7 bagian propilenglikol P. Sukar larut dalam kloroform P, dan dalam eter P. (FI ed.III hlm. 143)
Propilenglikol
Pemerian: Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa
agak manis, higroskopis.
Kelarutan: Dapat campur dalam air
dengan etanol (95% P), dan demgam kloramfenikol P larut dalam 6 bagian eter P,
tidak dapat campur dalam eter, minyak tanah P,
dan dengan minyak lemak. (FI ed.III
hlm. 534)
Na. Lauril
Sulfat
Pemerian : Serbul hablur atau
hablur, warna putih atau kuning pucat bau lemah dankhas
Kelarutan : Sangat mudah larut
dalam air larutan berkabut, larut sebagiam dalam etanol. . (FI ed.III hlm. 713)
Setostearil
Alkohol
Pemerian : Putih/krem atau hamper
putih, berbau khas yang manis pada pemanasan saat meleleh berwarna bening,
tidak Berwarna/kuning
Kelarutan : Larut dalam etanol 95%,
eter dan minyak, praktis tidak larut dalam air. (HOPE 6th hal 125)
Vaselin Putih
Pemerian : Massa lunak, lengket,
berwarna bening, putih; sifat ini tetap setelah zat ini dileburkan dan biarlan
hingga dingin tanpa diaduk. berflouresensi lemah juga jika dicairkan, tidak
berbau hampir tidak berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut
dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform P dalam eter P dan
dalam eter minyak tanah P, larutan kadang kadamg beropalesensi lemah. (FI
ed.III hlm. 633)
5. Alasan Pemilihan Bahan
Chloramphenicolum
merupakan zat utama atau remidium cardinal. Propilenglikol, Na.
Lauril sulfat, Setostearil alkohol, Vaselin putih merupakan remidium adjuvans
atau bahan penunjang zat utama. Penambahan vaselin putih merupakan basis utama
sediaan krim ini karena merupakan bahan obat yang larut dalam minyak dan
bersifat asam sebagai fase minyak. Penambahan Na. Lauril sulfat merupakan basis
utama sediaan krim ini karena merupakan bahan obat yang larut dalam air dan
bersifat basa sebagai fase air. Penambahan Na. Lauril sulfat juga sebagai
emulgator untuk menstabilkan emulsi krim. Penambahan propilenglikol bertujuan
untuk meminimalkan hilangnya air
dari sediaan, meningkatkan kelembaban kulit sehingga penetrasi zat
berkhasiat akan lebih mudah. Pemilihan vaselin album yang
merupakan basis hidrokarbon ini dikarenakan dapat melekat pada permukaan kulit
dalam waktu yang lama. Basis ini dapat meningkatkan hidratasi kulit, karena
basis ini akan membentuk suatu lapisan waterproof
yang akan menghambat hilangnya air dari sel sel kulit, bersifat emollient
> moisturizer.
6. Perhitungan Bahan
Tiap 10 g
mengandung:
Chloramphenicolum 200 mg
Propilenglikol 1,2 g
Na. Lauril sulfat 100 mg
Setostearil alkohol 2,5 g
Vaselin putih 2,5 g
Aquadest ad
10 g
7. Proses Pembuatan
1)
Siapkan alat dan bahan.
2)
Setarakan timbangan.
3)
Timbang masing-masing bahan (Chloramphenicolum,
Propilenglikol,
Na. Lauril sulfat, Setostearil alkohol, Vaselin putih).
4)
Pisahkan fase minyak dan fase air.
5)
Fase minyak (vaseline album) dimasukan
kedalam cawan, lalu dilebur dalam suhu 70°C diatas penangas air.
6)
Fase air (Na Lauril sulfat) dilarutkan
dalam air panas (aquadest) secukupnya.
7)
Panaskan mortir.
8)
Masukan Chloramphenicolum pada mortir yang
sudah dipanaskan ad halus.
9)
Tambahkan sedikit demi sedikit propilenglikol gerus
ad homogen.
10)
Tambahkan setostearil alkohol pada
mortir gerus ad homogen.
11)
Tambahkan fase minyak sedikit-sedikit
gerus kuat dan fase air gerus ad homogen.
12)
Masukan ke dalam pot cream atau wadah yang tertutup baik dan bermulut lebar kemudian
disimpan ditempat yang sejuk.
13)
Beri etiket berwarna biru dan label
tidak boleh diulang tanpa resep dokter.
8. Daftar Pustaka
Anief,
Moh. 2005. Ilmu Meracik Obat.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
Ditjen POM.
1979. Farmakope Indonesia. Edisi III.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Ditjen POM.
1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV.
Depkes RI. Jakarta.
Haley S.,
2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients Sixth Edition. London: Pharmaceutical Press and American
Pharmacists Assosiation.
Marriott,
J.F. 2010. Pharmaceutical Compounding and
Dispensing. London: Pharmaceutical Press.
Oktavia,
Maria Dona, Sri Kartika Ayu, Auzal Halim. 2014. Pengaruh Basis Krim Terhadap Penetrasi Kloramfenikol Menggunakan Kulit
Mencit. Padang: Universitas Andalas Press.
Wasitaatmadja.
1997. Penuntun Kosmetik Medik.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Comments
Post a Comment