SURFAKTAN (Surface Active Agent) DAN APLIKASINYA
BAB
I
A.
LATAR BELAKANG
Surfaktan (surface active agent)
atau zat aktif permukaan adalah senyawa kimia yang terdapat pada konsentrasi
rendah dalam suatu sistem, mempunyai sifat teradsorpsi pada permukaan antarmuka
pada sistem tersebut. Energi bebas permukaan-antarmuka adalah kerja minimum
yang diperlukan untuk merubah luas permukaan-antarmuka.
Dalam dunia farmasi, penggunaan surfaktan sangatlah
penting karena surfaktan memiliki banyak fungsi yang dapat memenuhi kebutuhan
di dunia farmasi, seperti sebagai deterjen, sampo, lubrikan, kosmetik,
antijamur, penghambat korosi, dan water reppelents. Surfaktan merupakan
suatu senyawa kimia yang memiliki aktivitas menurunkan tegangan permukaan.
Surfaktan terbagi atas dua bagian yakni bagian kepala yang bersifat hidrofilik
dan bagian ekor yang bersifat hidrofobik (Gervajio,2005). Hal ini menyebabkan
banyak industri farmasi yang berlomba-lomba mensintesis surfaktan baik secara
konvensional maupun secara alternatif menggunakan bantuan katalisator.
Salah satu surfaktan yang menjadi pilihan untuk
digunakan adalah amida asam lemak, dimana jenis surfaktan ini memiliki struktur
yang baik sebagai emolien dan lubrikan, memiliki kemampuan untuk menstabilkan
sediaan-sediaan emulsi, serta memiliki tingkat reaktifitas yang rendah
(Johansson, 2003).
Campuran suatu zat akan tetap mempertahankan
sifat-sifat unsurnya. Oleh karena itu, suatu bahan kimia akan dipengaruhi oleh
sifat, kegunaan, atau efek dari zat-zat yang menyusunnya. Kekuatan pengaruh
sifat masing-masing zat bergantung pada kandungan zat dalam bahan yang
bersangkutan. Banyak ragam bahan kimia yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Zat-zat yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari kebanyakan tidak dalam
keadaan murni, melainkan bercampur dengan dua atau lebih zat lainnya.
HLB adalah angka yang menunjukkan perbandingan
antara senyawa hidrofilik (suka air) dengan senyawa oleofilik (suka minyak).
Semakin besar harga HLB berarti semakin banyak kelompok senyawa yang suka air.
Artinya, emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian
sebaliknya. Kegunaan suatu emulgator ditinjau dari harga HLB-nya. Makin rendah
nilai HLB suatu surfaktan maka akan makin lipofilsurfaktan tersebut, sedangkan
makin tinggi nilai HLB surfaktan makin hidrofil.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa pengertian
dari surfaktan?
2. Apa
saja sifat-sifat surfaktan?
3. Apa
saja klasifikasi dari surfaktan dan apa contoh dari surfaktan?
4. Bagaimana mekanisme
kerja surfaktan?
5. Apa saja struktur pembentuk dan bagaimana pembuatan surfaktan?
6. Apa pengertian dari HLB dan bagaimana studi kasus dan penyelesaiannya?
7. Bagaimana manfaat surfaktan dalam kehidupan?
C.
TUJUAN
Mengetahui pengertian,
sifat-sifat, klasifikasi, mekanisme kerja, struktur pembentuk
dan cara pembuatan, pengertian dari HLB, studi kasus dan penyelesaiannya mengenai surfaktan serta manfaat
surfaktan dalam kehidupan.
D.
MANFAAT
1.
Memahami pengertian, sifat-sifat, klasifikasi, mekanisme kerja, struktur pembentuk dan cara pembuatan,
pengertian dari HLB, studi
kasus dan penyelesaiannya mengenai surfaktan serta manfaat surfaktan dalam
kehidupan.
2.
Mengaplikasikan pemahaman mengenai surfaktan dalam
bidang kefarmasian.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
SURFAKTAN
Surfaktan
(surface active agent) merupakan molekul-molekul yang mengandung gugus
hidrofilik (suka air) dan gugus lipofilik (suka minyak/lemak) pada molekul yang
sama (Sheat dan Foster, 1997). Sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri
dari air dan minyak. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan. Aktifitas surfaktan
diperoleh karena sifat ganda dari molekulnya. Molekul surfaktan yang suka akan
air (hidrofilik) merupakan bagian polar dan molekul yang suka akan minyak/lemak
(lipofilik) merupakan bagian non polar. Bagian polar molekul surfaktan dapat
bermuatan positif, negatif atau netral. Umumnya bagian non polar (lipofilik)
merupakan rantai alkil yang panjang, sedangkan bagian yang polar (hidrofilik)
mengandung gugus hidroksil.
Sifat
rangkap ini yang menyebabkan surfaktan dapat diadsorbsi pada antar muka
udara-air, minyak-air, dan zat padat-air, membentuk lapisan tunggal dimana
gugus hidrofilik berada pada fase air dan rantai hidrokarbon ke udara, dalam
kontak dengan zat padat ataupun terendam dalam fase minyak.
Didalam
molekul surfaktan, salah satu gugus harus lebih dominan jumlahnya. Bila gugus
polarnya yang lebih dominan, maka molekul-molekul surfaktan tersebut akan
diabsorpsi lebih kuat oleh air dibandingkan dengan minyak. Akibatnya tegangan
permukaan air menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase
kontinu. Demikian pula sebaliknya, bila gugus non polarnya lebih dominan, maka
molekul-molekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh minyak
dibandingkan dengan air. Akibatnya tegangan permukaan minyak menjadi lebih
rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinu.
Penambahan
surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan permukaan
larutan suatu cairan dan diantarmuka fasa baik cair-gas maunpun cair-cair (Swasono,
2012). Setelah
mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan konstan walaupun
konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkan melebihi
konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi membentuk misel. Konsentrasi
terbentuknya misel ini disebut Critical
Micelle Concentration (CMC). Tegangan permukaan akan menurun hingga CMC
tercapai. Setelah CMC tercapai, tegangan permukaan akan konstan yang
menunjukkan bahwa antar muka menjadi jenuh dan terbentuk misel yang berada
dalam keseimbangan dinamis dengan monomernya (Supriningsih,
2010).
B.
SIFAT-SIFAT
SURFAKTAN
Surfaktan (surface active agent) adalah zat
yang ditambahkan pada cairan untuk meningkatkan sifat penyebaran dengan
menurunkan tegangan permukaan cairan. Kemampuan surfaktan dalam menurukan
tegangan dikarenakan surfaktan memiliki struktur molekul amphiphatic
yaitu mempunyai struktur molekul yang terdiri dari gugus hidrofilik dan gugus
hidrofobik. Sifat-sifat surfaktan yaitu dapat menurunkan tegangan permukaan,
tegangan antar muka, meningkatkan kestabilan partikel yang terdispensi dan mengontrol
jenis formulasinya baik oil in water (o/w) atau water in oil (w/o).
Selain itu surfaktan akan terserap ke dalam permukaan partikel minyak atau air
sebagai penghalang yang akan mengurangi atau menghambat penggabungan (coalescence) dari partikel yang
terdispensi (Rieger, 1985).
Karakteristik utama surfaktan adalah pada aktivitas
permukaannya. Surfaktan mampu meningkatkan kemampuan
menurunkan tegangan permukaan dan antarmuka suatu cairan,
meningkatkan kemampuan pembentukan emulsi minyak dalam air, mengubah
kecepatan agregasi partikel terdispersi yaitu dengan menghambat dan mereduksi
flokulasi dan penggabungan (coalescence) partikel yang terdispersi, sehingga
kestabilan partikel yang terdispersi makin meningkat. Surfaktan mampu mempertahankan
gelembung atau busa yang terbentuk lebih lama. Sebagai perbandingan
gelembung atau busa yang terbentuk pada air yang dikocok hanya bertahan
beberapa detik. Namun dengan menambahkan surfaktan maka gelembung atau
busa tersebut bertahan lebih lama. Surfaktan merupakan komponen yang paling penting
pada sistem pembersih, sehingga menjadi bahan utama pada deterjen.
C. KLASIFIKASI
SURFAKTAN DAN CONTOH SURFAKTAN
Klasifikasi surfaktan berdasarkan
muatannya, yaitu:
1.
Surfaktan anionik
Yaitu
surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion. Karakteristiknya yang
hidrofilik disebabkan karena adanya gugus anionik yang cukup besar, biasanya
gugus sulfat atau surfonat. Surfaktan ini memiliki kepala yang bermuatan negatif.
Surfaktan jenis ini banyak digunakan pada industri laundri dan juga efektif
dimanfaatkan dalam proses perbaikan atau perawatan tanah yang tercemar minyak
dan senyawa hidrofobik lainnya.
Surfaktan
ini dapat bereaksi dalam air cucian dengan ion air sadah bermuatan positif
seperti kalsium dan magnesium. Reaksi ini menyebabkan deaktifasi parsial pada
surfaktan. Semakin banyak ion kalsium atau magnesium di dalam air maka makin
banyak pula surfaktan anionik yang akan dideaktifasi. Surfaktan anionik yang
banyak digunakan adalah senyawa alkil sulfat, alkil etoksilat dan sabun. Contoh
lainnya adalah garam alkana sulfonat, garam olefin sulfonat, garam sulfonat
asam lemak rantai panjang.
2. Surfaktan
kationik
Yaitu surfaktan
yang bagian alkilnya terikat pada suatu kation. Surfaktan ini memecah dalam
media air, dengan bagian kepala bertindak sebagai pembawa sifat aktif
permukaan. Surfaktan jenis ini memiliki kepala yang bermuatan positif di dalam air. Terdapat
3 kategori surfaktan kationik jika didasarkan pada spesifikasi aplikasinya,
yakni:
a.
Pada industri pelembut dan deterjen, surfaktan
kationik menyebabkan terjadinya kelembutan. Penggunaan utamanya adalah pada
produk-produk laundri sebagai pelembut. Salah satu contoh surfaktan kationik
adalah esterquat.
b. Pada laundri
deterjen, surfaktan kationik (muatan positif) meningkatkan packing molekul
surfaktan anionik (muatan negatif) pada antarmuka air. Contoh surfaktan ini
adalah surfaktan dari sistem mono alkil kuartener.
c. Pada
pembersih rumah dan kamar mandi, surfaktan kationik sebagai agen disinfektan.
3. Surfaktan
nonionik
Yaitu surfaktan
yang bagian alkilnya tidak bermuatan, sehingga menjadi penghambat bagi
dekativasi kesadahan air. Kebanyakan surfaktan nonionik berasal dari ester
alkohol lemak. Contohnya ester gliserin asam lemak, ester sorbitan asam lemak,
ester sukrosa asam lemak, polietilena alkil amina, glukamina, alkil
poliglukosida, mono alkanol amina, dialkanol amina dan alkil amina oksida.
4. Surfaktan
amfoter/zwiterionik
Yaitu surfaktan
yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif dan negatif. Ia dapat berupa
anionik, kationik atau ninionik dalam suatu larutan tergantung pada pH air yang
digunakan. Surfaktan ini bisa terdiri dari dua gugus muatan dengan tanda yang
berbeda. Contohnya surfaktan yang mengandung asam amino, betain, fosfobetain.
5. Surfaktan alkanolamida
Amida adalah turunan asam
karboksilat yang paling tidak reaktif, karena itu golongan senyawa ini banyak
terdapat di alam. Amida yang terpenting adalah protein. Amida dapat bereaksi
dengan asam dan reaksi ini tidak membentuk garam karena amida merupakan basa
yang sangat lemah. Selain itu senyawa amida merupakan nukleofilik yang lemah
dan bereaksi sangat lambat dengan alkil halida. Amida asam lemak pada industri
oleokimia dapat dibuat dengan mereaksikan amina dengan trigliserida, asam lemak
atau metil ester asam lemak.
Senyawa amina yang digunakan dalam
reaksi amidasi sangat bervariasi seperti etanolamina dan dietanolamina, yang
dibuat dengan mereaksikan amonia dengan etilen oksida. Alkanolamina seperti
etanolamina, jika direaksikan dengan asam lemak akan membentuk suatu
alkanolamida dan melepaskan air. Alkanolamida merupakan kelompok surfaktan
nonionik yang berkembang dengan pesat.
Surfaktan
dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu surfaktan yang larut dalam
minyak dan surfaktan yang larut dalam air.
1. Surfaktan
yang larut dalam minyak
Ada tiga yang termasuk dalam golongan ini, yaitu
senyawa polar berantai panjang, senyawa fluorokarbon, dan senyawa silikon.
2.
Surfaktan yang larut dalam pelarut air
Golongan ini banyak digunakan antara lain sebagai zat pembasah,
zat pembusa, zat pengemulsi, zat anti busa, detergen, zat flotasi, pencegah
korosi, dan lain-lain. Ada empat yang termasuk dalam golongan ini, yaitu
surfaktan anion yang bermuatan negatif, surfaktan yang bermuatan positif,
surfaktan nonion yang tak terionisasi dalam larutan, dan surfaktan amfoter yang
bermuatan negatif dan positif bergantung pada pH-nya.
Surfaktan menurunkan tegangan permukaan air dengan
mematahkan ikatan-ikatan hidrogen pada permukaan. Hal ini dilakukan dengan
menaruh kepala-kepala hidrofiliknya pada permukaan air dengan ekor-ekor
hidrofobiknya terentang menjauhi permukaan air. Sabun dapat membentuk misel
(micelles), suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang
plus ujung ion. Bagian hidrokarbon dari molekul sabun bersifat hidrofobik dan
larut dalam zat-zat non polar, sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan
larut dalam air. Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara
keseluruhan tidaklah benar-benar larut dalam air, tetapi dengan mudah akan tersuspensi
di dalam air.
Salah satu
contoh surfaktan yaitu biosurfaktan. Biosurfaktan adalah
surfakatan biodegrdable, dapat di
golongkan menjadi dua di dasarkan kepada sumber bahan baku yang di gunakan.
Golongan pertama adalah surfaktan yang di hasilakan dari metabolisme sela
mikroorgaisme. Golongan dua di dapatkan dari bahan alam melalui proses kimia
sebagai contoh MES (metil ester sulfonat) dan ester karbohiodarat.
Mikroorganisme
mempunyai kemampuan untuk melakukan metabolisme dan menghasilkan produk
metabolit sekunder. Metabolit sekunder merupakan produk yang tidak berhubungan
langsung pada proses perkembangan biakansel. Mikroorganisme yang di tumbuhkan
pada substrat yang bersifat hidrofilik seperti hidrikarbon, akan membangkitkan
sistem metabolisme sel untuk menghasilakan suatu zat yang dapat menguraikan
hidrokarbon atau merubahnya menjadi komponen lain sehingga dapat masuk ke dalam
sel melalui dinding sel, dengan cara mengatur
jalur metabolisme melalui pembentukan enzim tertentu yang dapat
mengkatalis reaksi pembentukan metabolit yang bersifat ampifilik, sehingga
perkembangan biakan sel dapat berlangsung. Kemampuan sel untuk mengahsilan
metabolit sekunder ini di manfaatkan oleh kita untuk menghasikan produk yang di
inginkan sebagai contoh adalah surfaktan.
1.
Biosurfaktan
dari mikroorganisme
Mikroorganisme melakukan
metabolisme dan menghasilkan produk intra dan ekstra seluler. Produk intra
seluler digunakan oleh sel untuk tumbuh dan berkembang biak memperbanyak sel.
Produk ekstra seluler adalah spesifik untuk setiap spesies atau strain
mikroorganisme. Produk ekstra seluler merupakan suatu zat yang digunakan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup sel. Dua senyawa biosurfaktan telah diketahui
yaitu senyawa gabungan peptide dan lipida yang disebut lipopeptida dan
Rhamnolipida. Rhamnolipida adalah senyawa gabungan karbohidrat dan lipida.
Lipopeptida adalah gabungan molekul lipida (minyak atau lemak) yang
bergandengan dengan peptide (protein). Beberapa lipopeptida telah digunakan
sebagai antibiotik, anti jamur dan bioaktif hemolitik. Contoh lipopeptida
adalah Surfactin. Surfactin adalah surfaktan yang sangat kuat digunakan sebagai
antibiotik. Lebih jauh lipopeptida dan Rhamnolipida merupakan antibiotik yang
dihasilkan oleh bakteri gram positif pembentuk endospora seperti bakteri
Bacillus subtilis.
Selain bersifat antibiotik,
surfaktin juga bersifat anti jamur, anti mikoplasma dan mempunyai aktifitas
hemolitik. Struktur surfactin terdiri dari rantai peptide disusun oleh tujuh
macam asam amino (L-asam aspartat, L-leucine, asam glutamate, L-Leucine,
L-valin dan dua D-Leucines). Peptida bersifat hidropilik. Gugus hidropobik
dalam surfaktin adalah rantai alkil dari asam lemak yang mempunyai 13 atom
karbon. Surfaktin sama dengaN surfaktan lain dapat menurunkan tegangan
permukaan air dari 72 mN/m sampai dengan 27 mN/m pada konsentrasi surfaktin 20
μM.
Contoh lain biosurfaktan adalah Daptomicin.
Daptomicin juga masuk dalam golongan surfaktan lipopeptida dan juga bersifat
sebagai antibiotik yang mampu membunuh mikroorganisme gram positif.
Mikroorganisme penghasil Daptomicin adalah mikroorganisme dalam tanah yaitu
Sterptomyces roseorporus. Daptomicin sudah diproduksi secara komersial oleh Cubist
Phamaceutical dengan nama dagang Cubicin. Struktur kimia Daptomisin dapat
dilihat pada Gambar 4. Dengan rumus molekul Daptomicin adalah (C72H101N17O25)
dengan berat molekul 1619,7086 gram/mol.
Potensi Rhamnolipid sebagai
surfaktan sangat menjanjikan karena surfaktan ini masuk ke dalam surfaktan
untuk kosmetik sebagai moisturizer, shampoo dan sebagai bahan aditif pelumas.
Rhamnolipid juga bersifat anti bakteri, juga dapat digunakan dalam pengolahan limbah
minyak bumi dalam proses bioremediasi. Rhamnolipid mempunyai kemampuan
mendegradasi hidrokarbon dan minyak nabati. Rhamnolipid juga sebagai sumber
Rhamnose adalah gula monosakarida yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Jenis
biosurfaktan lainnya dari produk metabolisme mikroorganisme adalah
Sophorolipids dan Mannose-erythritol lipids.
Produksi biosurfaktan skala
industri dari mikroorganisme masih banyak hambatan terutama dalam proses
pembesaran kapasitas produksi. Untuk menuju ke produksi skala industri ada
beberapa hambatan yang harus dieleminasi diantaranya inovasi teknologi
pemisahan dan pemurnian produk. Masalah utama proses produksi biosurfaktan dari
mikroorganisme adalah waktu produksi sangat lambat (14-72) jam.
2. Biosurfaktan dari minyak nabati
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, surfaktan adalah
suatu senyawa yang disusun oleh gugus hidropilik dan gugus hidropobik. Minyak
nabati dapat dijadikan bahan baku surfaktan melalui reaksi hidrolisis
menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas selanjutnya
direaksikan dengan methanol atau alkohol menghasilkan metil ester. Metil ester
direaksikan lebih lanjut dengan asam sulfat menghasilkan metil ester sulfat
atau MES. Metil ester sulfonat sudah diproduksi dan sudah masuk ke pasar komersial.
Asam lemak bebas yang dihasilkan dari hidrolisis minyak sawit adalah asam
palmitat, asam stearat, asam oleat adalah asam lemak bebas yang dapat
direaksikan dengan senyawa yang mempunyai gugus hidrofilik seperti golongan
alkohol (methanol, etanol) untuk menghasilkan ester. Reaksi esterifikasi
terjadi melalui gugus karboksilat dari asam lemak bebas dan gugus hidroksil
dari senyawa hidropilik alkohol. Asam lemak bebas menyumbangkan rantai
hidropobik alkil dan senyawa hidrofilik menyumbangkan gugus hidrofilik sehingga
membentuk senyawa baru yang mempunyai gugus hidropobik dan hidrofilik dalam
satu molekul.
3.
Biosurfaktan
dari selulosa/karbohidrat
Ester dapat disintesisi dari asam karboksilat dan
karbohidrat. Karbohidrat dapat diperoleh dari tanaman baik tanaman darat maupun
laut. Karbohidrat yang terkandung di dalam makro alga (tanaman laut) mempunyai
struktur yang mirip dengan karbohidrat tanaman darat tetapi ada perbedaan gugus
fungsi yang terikat pada atom C nomer 6 pada setiap mosakarida. Struktur karbohidrat
tanaman laut (makro alga) hiau, perang dan coklat. Surfaktan ester karbohidrat
dikenal sebagai emulsifier, wetting agent, stabilizer, detergen dan
dispersan. Selanjutnya kegunaan surfaktan sebagai zat penuruan tegangan
permukaan ditentukan oleh sifat sifat fisis dan kimia surfaktan tersebut. Oleh
karena itu sangat penting untuk menentukan karakteristik surfaktan sebelum
menggunakannya dalam berbagai bidang.
D.
MEKANISME KERJA SURFAKTAN
Cara kerja dari
surfaktan sangatlah unik karena bagian yang hidrofilik akan masuk kedalam larutan
yang polar dan bagian yang hirdrofilik akan masuk kedalam bagian yang non polar
sehingga surfaktan dapat menggabungkan (walaupun sebenarnya tidak bergabung)
kedua senyawa yang seharusnya tidak dapat bergabung tersebut. Namun semua
tergantung pada komposisi dari komposisi dari surfaktan tersebut. Jika bagian
hidrofilik lebih dominan dari hidrofobik maka ia akan melarut kedalam air,
sedangkan jika ia lebih banyak bagian hidrofobiknya maka ia akan melarut dalam
lemak dan keduanya tidak dapat berfungsi sebagai surfaktan. Bagian liofilik
molekul surfaktan adalah bagian nonpolar, biasanya terdiri dari persenyawaan hidrokarbon
aromatik atau kombinasinya, baik jenuh maupun tidak jenuh. Bagian hidrofilik
merupakan bagian polar dari molekul, seperti gugusan sulfonat, karboksilat,
ammonium kuartener, hidroksil, amina bebas, eter, ester, amida.Biasanya,
perbandingan bagian hidrofilik dan liofilik dapat diberi angka yang
disebutkeseimbangan Hidrofilik dan Liofilik yang disingkat KHL, dari surfaktan.
Pada aplikasinya sebagai bahan
pembersih untuk material kain, tanah dan sejenisnya, surfaktan dapat bekerja
melalui tiga cara yang berbeda, yakni roll up, emulsifikasi dan solubilisasi.
a. Roll up
Pada
mekanisme ini, surfaktan bekerja dengan menurunkan tegangan antarmuka antara
minyak dengan kain atau material lain yang terjadi dalam larutan berair.
b. Emulsifikasi
Pada
mekanisme ini surfaktanmenurunkan tegangan antarmuka minyak-larutan dan
menyebabkan proses emulsifikasi terjadi.
c. Solubilisasi
Melalui interaksi dengan misel dari
surfaktan dalam air (pelarut), senyawa secara simultan terlarut dan membentuk
larutan yang stabil dan jernih.
E.
STRUKTUR
PEMBENTUK DAN PEMBUATAN SURFAKTAN
Surfaktan (surfactant = surface active agent) adalah zat seperti detergen yang
ditambahkan pada cairan utuk meningkatkan sifat penyebaran atau pembasahan
dengan menurunkan tegangan permukaan caira khususnya air. Sufaktan mempunyai
struktur molekul yang terdiri dari gugus hydrophobic dan hydrophilic. Gugus
hydrophobic merupakan gugus yang sedikit tertarik/menolak air sedangkan gugus
hydrophilic tertarik kuat pada molekul air. Sturktur ini disebut juga dengan
struktur amphipatic. Adanya dua gugus ini menyebabkan penurunan tegangan muka
dipermukaan cairan. Gugus hidrofilik pada surfaktan bersifat polar dan mudah
bersenyawa dengan air, sedangkan gugus lipofilik bersifat non polar dan mudah
bersenyawa dengan minyak. Didalam molekul surfaktan, salah satu gugus harus
lebih dominan jumlahnya. Bila gugus polarnya yang lebih dominan, maka
molekul-molekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh air
dibandingkan dengan minyak. Akibatnya tegangan permukaan air menjadi lebih
rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinu. Demikian pula
sebaliknya, bila gugus non polarnya lebih dominan, maka molekul molekul
surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh minyak dibandingkan dengan
air. Akibatnya tegangan permukaan minyak menjadi lebih rendah sehingga mudah
menyebar dan menjadi fase kontinu.
Penambahan surfaktan dalam larutan
akan menyebabkan turunnya tegangan permukaan larutan. Setelah mencapai
konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan konstan walaupun konsentrasi
surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkan melebihi konsentrasi ini
maka surfaktan mengagregasi membentuk misel. Konsentrasi terbentuknya misel ini
disebut Critical Micelle Concentration (CMC). Tegangan permukaan akan
menurun hingga CMC tercapai. Setelah CMC tercapai, tegangan permukaan akan
konstan yang menunjukkan bahwa antar muka menjadi jenuh dan terbentuk misel
yang berada dalam keseimbangan dinamis dengan monomernya (Genaro, 1990).
F.
APLIKASI PENETAPAN HLB BUTUH
HLB (Hydrophile
Lipophile Balance) adalah angka yang menunjukkan
perbandingan antara senyawa hidrofilik (suka air) dengan senyawa oleofilik
(suka minyak). HLB merupakan keseimbangan lipofil dan hidrofil dari
suatu surface active dari molekul surfaktan. Semakin besar
harga HLB berarti semakin banyak kelompok senyawa yang suka air. Artinya,
emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian sebaliknya.
Kegunaan suatu emulgator ditinjau dari harga HLB-nya. Makin rendah nilai HLB
suatu surfaktan maka akan makin lipofilsurfaktan tersebut, sedangkan makin
tinggi nilai HLB surfaktan makin hidrofil.
Kegunaan emulgator ditinjau dari harga HLB nya adalah seperti pada tabel
dibawah ini.
Nilai HLB
|
Deskripsi
|
1-3
|
Anti
Foaming Agent
|
4-6
|
Emulgator tipe W/O
|
7-9
|
Bahan Pembasah
|
8-18
|
Emulgator tipe O/W
|
13-15
|
Detergen
|
10-18
|
Kelarutan (Solubilizing Agent)
|
Rumus I
A % b = ((x – HLB b)/ HLB a – HLB
b) x 100 %
|
B % a = ( 100% – A%)
|
Keterangan :
x = Harga HLB yang diminta (HLB Butuh)
A = Harga HLB tinggi
B = Harga HLB rendah
x = Harga HLB yang diminta (HLB Butuh)
A = Harga HLB tinggi
B = Harga HLB rendah
Rumus II
(B1 x HLB1) + (B2 x HLB2) = (B campuran x HLB
campuran)
|
Tabel di
bawah ini menunjukkan pendekatan nilai HLB untuk surfaktan sebagai fungsi
kelarutan dalam air.
Kelarutan di Air
|
Nilai HLB
|
Deskripsi
|
Tak larut
|
4 – 5
|
Pengemulsi W/O
|
Terdispersi sedikit
(seperti susu)
|
6 – 9
|
Agen pembasah
|
Tembus cahaya sampai jernih
|
10 – 12
|
Deterjen
|
Sangat larut
|
13 – 18
|
Pengemulsi O/W
|
Terdapat dua jenis utama emulsi pada sistem HLB, yakni minyak dalam air
(O/W) dan air dalam minyak (W/O). Fasa O/W merupakan fasa kontinyu. Bancroft mempostulatkan
jika terdapat campuran antara dua fasa dengan keberadaan surfaktan, maka
pengemulsi membentuk fasa ketiga sebagai film pada antarmuka diantara dua fasa
yang bercampur bersama. Pada proses emulsifikasi dengan menggunakan kombinasi
beberapa pengemulsi maka hilai HLB dihitung menggunakan persamaan:
HLB rata-rata = X1 HLB1 + X2
HLB2
dimana X1
dan X2 merupakan fraksi berat surfaktan 1 dan 2
sementara HLB1 dan HLB2 adalah harga individu HLB
surfaktan 1 dan 2.
Nilai
masing-masing HLB surfaktan ditampilkan pada tabel dibawah ini.
Contoh kasus:
Pada pembuatan 100ml
emulsi tipe m/a diperlukan emulgator dengan harga HLB 10 , sebagai emulgator
dipakai campuran span 60 (HLB 4,7) dan tween 60 (HLB 14,9) sebanyak 4 gram,
berapa gram masing-masing span 60 dengan tween 60 yang harus ditambahkan?
Penyelesaian :
Rumus 1
A % b = ( X – HLB b ) × 100
%
HLB a - HLB b
Keterangan :
X = harga HLB yang
diminta ( HLB butuh )
a = harga HLB tinggi
b = harga HLB rendah
% tween = 10 –
4,7 ×
100 %
14,9 – 4,7
= 51,96 % ~ 52 %
= 52 ×
4 gram
100
= 2 , 08
% span 100 % -
52 % = 48 %
= 48 × 4
gram
100
= 1,92
Rumus 2
( B1 × HLB1 ) + (B2 ×
HLB2 ) = ( B campuran × HLB campuran )
B = Berat Emulgator
Misalnya Berat tween = X
Berat span = 4 – X
( X × 14,9 ) + ( 4 – X
) × 4,7 = 4 × 10
14,9 X + 18,8
– 4,7 = 40
10, 2 X = 40 – 18,8
X = 21,2 = 2,08
( tween )
10,2
Berat span = 4 – 2,08
= 1,92
G.
MANFAAT SURFAKTAN DALAM KEHIDUPAN
Di bidang
Farmasi sendiri Surfaktan berpengaruh pada sediaan cair suspensi yaitu pada
system dispersi dan flokulasi. Dalam suspensi, dispersi partikel padatan dalam
suatu larutan dimana padatan tersebut bersifat tidak larut maka distabilkan
dengan menggunakan lapisan surfaktan ( suspending agent ) pada antar muka
antara dua fasa yang menghasilkan pembatas elektrik sehingga mencegah
bersatunya partikel-partikel padatan yang terdispersi. Dispersi merupakan
keadaan yang tidak larut suatu bahan dan seolah-olah bercampur. Metode dispersi
merupakan salah satu metode pembuatan suspensi. Dan surfaktan berfungsi
menurunkan tegangan permukaan antar partikel zat padat dengan cairan atau
larutan tersebut (Syamsuni, 2006).
Surfaktan
memiliki gugus hidrofilik (biasa disebut bagian kepala, dan yang suka
air) dan hidrofobik (yang disebut bagian
ekor, yang tidak suka air). Sifat surfaktan
inilah, sehingga surfaktan dapat
digunakan sebagai bahan penggumpal, pembusaan, dan emusifier oleh industri farmasi, kosmetik,
kimia, pertanian dan pangan serta industri produk perawatan diri (personal care product). Perkembangan
industri kosmetik, detergen, produk-produk perawatan diri (personal care) semakin meningkat. Dimana meningkatnya produk-produk
tersebut mengakibatkan kebutuhan bahan aktif seperti surfaktan meningkat pula.
Detergen berasal
dari bahasa latin yaitu detergere yang berarti membersihkan. Detergen merupakan
penyempurnaan dari produk sabun. Detergen sering disebut dengan istilah
detergen sintetis yang mana detergen berasal dari bahan-bahan turunan minyak
bumi. Dibanding dengan produk terdahulu yaitu sabun, detergen mempunyai daya
cuci yang lebih baik serta tidak berpengaruh terhadap kesadahan air.
Kebutuhan
detergen meningkat dengan adanya dua kelemahan sabun. Pertaman, sabun merupakan
garam dari asam lemah, arutannya agak basa karena adanya hidrolisis parsial.
Masaah kedua ialah bahwa sabun biasa membentuk garam dalam air sadah yang
mengandung kation logam-logam tertentu seperti Ca, Mg, Fe, dan kation-kation
tersebut menyebabkan garam-garam natrium atau kalium dari asam karboksilat yang
semula larut menjadi garam-garam karboksilat yang tidak larutmengakibatkan
warna cokelat pada pakaian. Masalah sabun dapat dapat dikurangi dengan
menciptakan detergen.
Kosmetik dan personal care merupakan suatu kebutuhan bagi
konsumen, mulai dari remaja sampai yang tua dimana mempunyai fungsi
masing-masing. Secara umum kosmetik dan personal tersebut memberikan manfaat
sebagai Pembersih (rambut & kulit), Perlindungan kulit, penahan air, Penghilang bau. Sebagai pengguna
konsumen, tentunya menilai produk dari segi warna, bau, tekstur, keamanan, dan
aplikasi produk itu sendiri. Salah satu
dari penentuan faktor-faktor produk itu berkualitas adalah dari penggunaan
surfaktan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Surfaktan (surface active
agent) merupakan molekul-molekul yang mengandung gugus hidrofilik (suka
air) dan gugus lipofilik (suka minyak/lemak) pada molekul yang sama.
Sifat-sifat surfaktan yaitu dapat menurunkan tegangan permukaan, tegangan antar
muka, meningkatkan kestabilan partikel yang terdispensi dan mengontrol jenis
formulasinya baik oil in water (o/w)
atau water in oil (w/o). Selain itu
surfaktan akan terserap ke dalam permukaan partikel minyak atau air sebagai
penghalang yang akan mengurangi atau menghambat penggabungan (coalescence) dari partikel yang
terdispensi. Klasifikasi surfaktan berdasarkan muatannya, yaitu:
a.
Surfaktan anionik
b.
Surfaktan kationik
c.
Surfaktan nonionik
d.
Surfaktan amfoter/zwiterionik
e.
Surfaktan alkanolamida
Mekanisme kerja dari surfaktan sangatlah unik karena bagian
yang hidrofilik akan masuk kedalam larutan yang polar dan bagian yang
hirdrofilik akan masuk kedalam bagian yang non polar sehingga surfaktan dapat
menggabungkan (walaupun sebenarnya tidak bergabung) kedua senyawa yang seharusnya
tidak dapat bergabung tersebut. Sufaktan mempunyai struktur molekul yang
terdiri dari gugus hydrophobic dan hydrophilic. Gugus hydrophobic merupakan
gugus yang sedikit tertarik/menolak air sedangkan gugus hydrophilic tertarik
kuat pada molekul air. Sturktur ini disebut juga dengan struktur amphipatic.
HLB (Hydrophile Lipophile Balance)
adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara senyawa hidrofilik (suka air)
dengan senyawa oleofilik (suka minyak). HLB merupakan keseimbangan lipofil dan
hidrofil dari suatu surface active dari molekul surfaktan. Semakin besar harga
HLB berarti semakin banyak kelompok senyawa yang suka air. Artinya, emulgator
tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian sebaliknya. Kegunaan suatu
emulgator ditinjau dari harga HLB-nya. Makin rendah nilai HLB suatu surfaktan
maka akan makin lipofilsurfaktan tersebut, sedangkan makin tinggi nilai HLB
surfaktan makin hidrofil. Di bidang Farmasi sendiri Surfaktan berpengaruh pada
sediaan cair suspensi yaitu pada system dispersi dan flokulasi. Dalam suspensi,
dispersi partikel padatan dalam suatu larutan dimana padatan tersebut bersifat
tidak larut maka distabilkan dengan menggunakan lapisan surfaktan ( suspending
agent ) pada antar muka antara dua fasa yang menghasilkan pembatas elektrik
sehingga mencegah bersatunya partikel-partikel padatan yang terdispersi.
B.
SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh
dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam
menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber–sumber yang lebih banyak yang
tentunya dapat di pertanggungjawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau
saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari
bahasan makalah yang telah di jelaskan. Selanjutnya kami sebagai penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca, demi
kebaikan makalah ini kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Gennaro, A.R., 1990. Remingtons
Pharmaceuticals Sciences, 18th ed.,
Mack Publ. Co, Easton.
Gervajio, G. C., 2005. Fatty
acids and derivatives from coconut oil. In: Bailey’s Industrial Oil and Fat
Products, Sixth Edition, John Wiley & Sons, Inc.
Rieger, M. M. 1985. Surfactant
in Cosmetics : Surfactant Science Series, Marcel Dekker, Inc. New
York.
Sheats, W. Brad dan Norman C. Foster. 1997. Concentrated Products from Methyl Ester
Sulfonates. (http://www.chemiton.com/papers_brochures/Concentrated_Products.do.pdf)
Supriningsih, Dwi. 2010. Pembuatan
Metil Ester Sulfonat (MES) sebagai surfaktan untuk Enhanced Oil Recovery (EOR).
Jakarta : Universitas Indonesia.
Swasono, A.W.P., Sianturi, P.D.E. dan Masyithah, Z., 2012. Sintesis Surfaktan Alkil Poliglikosida dari
Glukosa dan Dodekanol dengan Katalis Asam.
Jurnal Teknik Kimia USU, 1, 1, 5-9.
Syamsuni, H. A. 2006. Ilmu
Resep. Penerbit Buku Kedokteran: EGC. Jakarta.
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan konsultasi kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.
ReplyDeleteSalam,
Tommy.k
081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Terima kasih. Artikelnya sangat membantu :)
ReplyDelete