SOLUTIONES (LARUTAN)
Tugas
Individu Ilmu Resep Dasar
SOLUTIONES
(LARUTAN)
Disusun
oleh: Hilman Taofik Hidayah
·
Definisi dan Karakteristik Sediaan
Larutan
Larutan
didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia
yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya,
cara peracikan atau penggunaanya, tidak dimasukkan kedalam golongan produk
lainnya. Larutan ialah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut,
sedangkan pelarut digunakan air suling kecuali dinyatakan lain. Larutan
didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang
terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat
bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau padatan. Larutan encer
adalah larutan yang mengandung sebagian kecil solute reatif terhadap jumlah
pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar
solute. Solute adalah zat terlarut sedangkan solvent (pelarut) adalah medium
dalam dimana solute terlarut (Howard C. Ansel, 2008; Moh. Anief, 2015; Baroroh,
2004).
Menurut
FI IV, solutiones atau larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau
lebih zat kimia yang terlalut. Larutan terjadi jika sebuah bahan padat
tercampur atau terlarut secara kimia maupun fisika ke dalam bahan cair. Larutan
dapat digolongkan menjadi larutan langsung dan larutan tidak langsung. Larutan
langsung adalah larutan yang terjadi karena semata mata peristiwa fisika, bukan
peristiwa kimia. Misalnya, NaCl dilarutkan kedalam air atau KBr dilarutkan
kedalam air, jika pelarutnya (air) diuapkan, maka NaCl atau KBr akan diperoleh
kembali. Larutan tidak langsung adalah larutan yang terjadi semata mata karena
peristiwa kimia, bukan peristiwa fisika. Misalnya jika Zn ditambahkan H2SO4
maka akan terjadi reaksi kimia menjadi larutan ZnSO4 yang tidak
dapat kembali Zn dan H2SO4 (Ditjen POM, 1995; Syamsuni,
2013).
Suatu
larutan dapat pula digolongkan menjadi larutan mikromolekuler, miseler, dan
Makromolekuler. Larutan mikromolekuler adalah suatu larutan yang secara
keseluruhan mengandung mikrounit yang
terdiri dari molekul atau ion, seperti alkohol, gliserin , ion natrium, dan ion
klorida dengan 1-10Å. Larutan miseler adalah suatu larutan yang mengandung
bahan padat terlarut berupa agregat (misel) baik dalam bentuk molekul atau ion.
Jadi, larutan miseler dapat dianggap sebagai larutan perserikatan koloid. Larutan
makromolekuler adalah larutan yang mengandung bahan padat terlarut berupa
larutan mikromolekuler, tetapi ukuran molekulnya yang lebih besar dari mikromolekuler;
misalnya larutan PGA, larutan CMC, Larutan albumin, dan larutan polivinil
pirolidon (Syamsuni, 2013).
Jika
suatu zat A dilarutkan ke dalam air atau pelarut lain akan terjadi
bermacam-macam tipe larutan yang sebagai berikut.
1. Larutan
encer, yaitu jumlah zat A yang terlarut kecil.
2. Larutan
pekat, yaitu larutan yang mengandung fraksi zat A yang lebih besar.
3. Larutan
jenuh (saturated), adalah larutan
yang mengandung sejumlah maksimum zat
A yang dapat larut dalam air pada suhu dan tekanan tertentu.
A yang dapat larut dalam air pada suhu dan tekanan tertentu.
4. Larutan
lewat jenuh (supersaturated), adalah
larutan yang mengandung sejumlah zat
A yang terlarut melebihi batas maksimum kelarutannya di dalam air pada suhu dan
tekanan tertentu (FI IV: semua pengukuran dilakukan pada suhu 25°C) (Ditjen POM, 1995; Syamsuni, 2013).
A yang terlarut melebihi batas maksimum kelarutannya di dalam air pada suhu dan
tekanan tertentu (FI IV: semua pengukuran dilakukan pada suhu 25°C) (Ditjen POM, 1995; Syamsuni, 2013).
Menurut
FI IV, bentuk sediaan larutan dapat digolongkan menurut cara
pemberiannya, yaitu larutan oral dan larutan topikal, atau digolongkan berdasarkan sistem pelarut dan zat terlarut seperti spirit, tingtur, dan air aromatik.
pemberiannya, yaitu larutan oral dan larutan topikal, atau digolongkan berdasarkan sistem pelarut dan zat terlarut seperti spirit, tingtur, dan air aromatik.
Penggolongan
menurut cara pemberiannya:
1. Larutan oral
adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau
lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut
dalam air atau campuran kosolven-air.
a.
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau
gula lain dalam kadar tinggi (sirop simplex adalah sirop yang hamper jenuh
dengan sukrosa). Larutan oral yang tidak mengandung gula tetapi bahan pemanis
buatan seperti sorbitol atau aspartam, dan bahan pengental, seperti gom
selulosa, sering digunakan untuk penderita diabetes.
b.
Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol
(95%) sebagai kosolven (pelarut). Untuk mengurangi kadar etanol yang dibutuhkan
untuk pelarut, dapat ditambahkan kosolven lain seperti gliserin dan propilen
glikol.
2.
Larutan topikal adalah larutan yang biasanya
mengandung air, tetapi sering kali mengandung pelarut lain seperti etanol dan
poliol untuk penggunaan pada kulit, atau dalam larutan lidokain oral topikal.
a.
Lotio (larutan atau suspensi) yang digunakan secara
topikal.
b.
Larutan otik adalah larutan yang mengandung air atau
gliserin atau pelarut lain dan bahan pendispersi. Penggunaan telinga luar,
misalnya larutan otik benzokain dan antipirin, larutan otik neomisin B sulfat,
dan larutan otik hidrokortison (Syamsuni, A. 2013).
Penggolongan
berdasarkan sistem pelarut dan zat terlarut:
1.
Spirit adalah larutan yang mengandung etanol atau
hidroalkohol dari zat mudah menguap umumnya digunakan sebagai bahan pengaroma.
2.
Tingtur adalah larutan yang mengandung etanol atau
hidroalkohol yang dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia.
3.
Air aromatik adalah larutan jernih dan jenuh dalam
air, dari minyak, mudah menguap atau senyawa aromatik, atau bahan mudah menguap
lainnya. Pelarut yang biasa digunakan:
a.
Air untuk melarutka garam – garam
b.
Spiritus untuk melarutkan kamfer, iodin, mentol
c.
Eter untuk melarutkan kamfer, fosfor sublimat
d.
Gliserin untuk melarutkan tannin, zat samak, boraks,
fenol
e.
Minyak untuk melarutkan kamfer
f.
Paraffin liquidum untuk melarutkan cera dan cetasium
g.
Kloroform untuk melarutkan minyak – minyak, lemak
(Syamsuni, A. 2013)
Karakteristik Sediaan Larutan:
1. Zat
terlarut pasti larut sempurna dalam pelarutnya
2. Zatnya
stabil, baik pada suhu kamar dan pada penyimpanan
3. Jernih
4. Tidak
ada endapan
5. Komponen
berupa cairan, padatan, atau gas
6. Pelarut
berupa cairan
7. Zat
terlarut harus dapat larut dalam pelarutnya (Ditjen POM, 1995)
·
Macam
Sediaan Larutan
Macam-macam
sediaan larutan obat digolongkan menurut tujuan pemakaiannya adalah sebagai
berikut (Syamsuni, A. 2013).
1. Larutan
untuk mata
a. Collyrium
(obat cuci mata)
Collyrium adalah
sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zat asing, isotonus, digunakan untuk
membersihkan mata. Dapat ditambahkan zat dapar dan zat pengawet. Collyrium
dibuat dengan melarutkan obat dalam air, saring hingga jernih, masukkan kedalam
wadah, tutup dan sterilkan penyimpanan dalam wadah kaca atau plastik dengan
tutup kedap. Kolirium yang tidak
mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan paling lama 24 jam setelah botol
telah dibuka tutupnya, kolirium yang mengandung pengawet dapat digunakan paling
lama tujuh hari setelah botol dibuka tutupnya.
b. Guttae
Ophthalmicae (obat tetes mata)
Obat tetes mata adalah
larutan steril bebas partikel asing berupa sediaan yang dibuat dan dikemas
sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata. Tetes mata juga tersedia
dalam bentuk suspensi , partikel halus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan
iritasi atau goresan pada kornea.
2. Larutan
untuk telinga
a. Solutio
Otic / Guttae Auriculares
Larutan
otik adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan
bahan pendispersi, untuk penggunaan telinga luar : misalnya larutan otik
benzokain dan antipirin, larutan otik neomisin B sulfat, dan larutan otik
hidrokortison.
Larutan
yang dipakai ke dalam telinga ini biasanya mengandung antibiotic, sulfonamida,
anestetik local, peroksida (H2O2), fungisida, asam borat,
NaCl, gliserin dan propilen glikol. Gliserin dan propilen glikol sering dipakai
sebagai pelarut, karena dapat melekat dengan baik pada bagian dalam telinga
sehingga obat lebih lama kontak dengan jaringan telinga, sedangkan alkohol dan
minyak nabati hanya kadang – kadang dipakai.
pH
optimum untuk cairan berair yang digunakan dalam obat tetes telinga haruslah dalam suasana
asam (pH 5 - 7,3), dan pH inilah yang sering menentukan khasiatnya. Larutan
basa umumnya tidak dikehendaki, karena tidak fisiologis dan mempermudah timbulnya
radang. Jika pH larutan telinga berubah dari asaam menjadi basa, bakteri dan
fungi akan tumbuh dengan baik, hal ini tentunya tidak dikehendaki.
3. Larutan
untuk hidung
a. Collunarium
(obat cuci hidung)
Collunarium
adalah larutan yang digunakan untuk obat cuci hidung. Biasanya berupa larutan
dalam air yang ditujukan untuk membersihkan rongga hidung. Oleh karena itu,
hendaknya diperhatikan pH dan isotonisitasnya karena dapat menimbulkan rasa
pedih pada mukosa hidung.
b. Guttae
nasales/Nose drops (obat tetes hidung)
Guttae
nasales/Nose drops (obat tetes hidung) adalah obat tetes yang digunakan untuk
hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung, dapat mengandung zat
pensuspensi, pendapar, dan pengawet. Cairan pembawa umumnya menggunakan air.
Cairan pembawa sebaiknya mempunyai pH 5,5 – 7,5, kapasitas dapar sedang,
isotonis atau hampir isotonis. Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh
digunakan sebagai cairan pembawa karena dapat menimbulkan pneumonia.
Zat
pensuspensi yang umumnya digunakan adalah sorbitan, polisorbat, atau surfaktan
lain yang cocok, dengan kadar tidak boleh lebih dari 0,01% b/v.Zat pendapar
yang dapat digunakan adalah pendapar yang cocok dengan pH 6,5 dan dibuat
isotonis menggunakan NaCl secukupnya. Zat pengawet yang dapat digunakan adalah
benzalkolidum klorida 0,01–0,1% b/v. Penyimpanan : kecuali dinyatakan lain,
disimpan dalam wadah tertutup rapat.
c. Nebula/Inhalationes/Nose
spray (obat semprot hidung)
Inhalations adalah sediaan yang dimaksudkan untuk
disedot melalui hidung atau muulut, atau disemprotkan (nose spray) dalam bentuk
kabut ke dalam saluran pernapasan. Tetean atau butiran kabut harus seragam dan
sangat halus sehingga dapaat mencapai bronkioli.
Inhalasi juga meliputi sediaan mengandung obat yang
mudah menguap atau serbuk sangat halus atau kabut yang digunakan memakai alat
mekanik.Penandaan: jika mengandung bahan yang tidak larut, pada etiket
juga harus tertera “KOCOK DAHULU”.
4. Larutan
untuk mulut
a. Collutorium
(obat cuci mulut)
Collutorium
adalah larutaan pekat dalam air yang mengandung deodorant, antiseptic,
anestetik lokal, dan adstringensia yang digunakan untuk obat cuci mulut. karena
digunakan untuk obat cuci mulut. Karena digunakan untuk cuci mulut, sediaan in
harus dapat menghilangkan sisa – sisa makanan dan lain – lain dari mulut (sela
– sela gigi). Sebaiknya dipakai larutan
yang bereaksi basa karena mempunyai kekuatan untuk melarutkan dan
membuang mukus, lendir, atau dahak dan saliva (air liur). Larutan yang
terlampau basa akan merusak selaput lendir
pada mulut dan kerongkongan, begitu juga jika terlalu asam akan
berpengaruh pada gigi.
Umumnya
larutan yang dipakai pada atau lewat mulut mempunyi pH 7 – 9,5. Disimpan dalam
botol putih bermulut kecil. Penandaan pada etiket obat cuci mulut harus tertera:
Cara pengencerannya, jika collutorium harus diracik terlebih dahulu sebelum
digunakan dan Tanda yang jelas yaitu “Untuk obat cuci mulut, tidak boleh
ditelan”.
b. Gargarisma/gargle
(obat kumur)
Gargarisma/gargle
(obat kumur) adalah sediaan berupa larutan, umumnya dalaam larutan pekat yang
harus diencerkan lebih dahulu sebelum digunakan, dimaksudkan untuk digunakan
sebagai pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan atau jalan nafas.
Tujuan
utama obat kumur adalah agar obat yang terkandung di dalamnya dapat langsung
terkena selaput lendir sepanjang tenggorokan, dan tidak dimaksudkan agar obat
itu menjadi pelindung sselaput lendir. Karena itu, obat berupa minyaak yang
memerlukan zat pensuspensi dan obat yang bersifat lendir tidak sesuai dijadikan
obat kumur. Penyimpanan: Dalam wadah botol berwarna susu atau wadah lain yang
cocok. Penandaan pada etiket harus tertera: Petunjuk pengencerannya, sebelum
digunakan dan Tanda yang jelas yaitu “Hanya untuk kumur, tidak ditelan”.
c. Litus
oris (obat oles bibir)
Litus oris atau obat
oles bibir adalah cairan agak kental yang pemakaiannya disapukan pada mulut.
contoh sediaan litus oris adalah larutan 10% borax dalam gliserin.
d. Guttae
oris (obat tetes mulut)
Guttae oris atau obat
tetes mulut adalah obat tetes yang digunakan untuk mulut dengan cara
mengencerkan lebih dahulu dengan air untuk dikumur – kumurkan, tidak untuk
ditelan.
5. Larutan
Parenteral
Sediaan parenteral
bisa didefinisikan sebagai
obat steril, larutan,
atau suspensi yang dikemas
dengan cara yang
sesuai untuk pemberian
melalui suntikan
hiperdermis, baik dalam
bentuk siap pakai
maupun bentuk yang perlu
ditambahkan pelarut yang
sesuai atau agen
pensuspensi.
6. Larutan
untuk Anus (Rektal)
a. Lavement/Clysma/Enema
Lavement/Clysma/Enema merupakan sediaan obat berupa larutan ataupun
gel yang dimasukkan kedalam rektum dan colon, untuk merangsang pengeluaran
kotoran (feses) memberikan efek terapi lokal atau sistemik.
7. Larutan
untuk Vagina
a. Douche
Douche adalah larutan
dalam air yang
dimaksudkan dengan suatu
alat ke dalam vagina,
baik untuk pengobatan maupun
untuk membersihkan. Karena
larutan ini mengandung bahan obat
atau antiseptik. Contoh :
Betadin Vagina Douche.
8. Larutan
oral
a. Potiones
(obat minum)
Potiones atau obat
minum adalah larutan yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam (per oral). Selain
berbentuk larutan, potio dapat juga berbentuk emulsi atau suspense. Misalnys
potio alba contra tussim (obat batuk putih/OBP) dan potio nigra contra tussim
(obat batuk hitam/OBH).
b. Eliksir
Eliksir adalah larutan
oral yang mengandung etanol 90% yang berfungsi sebagai kosolven (pelarut) dan
untuk mempertinggi kelarutan obat. Kadar etanol berkisar antara 3% dan 4%, dan
biasanya eliksir mengandung etanol 5-10%. Untuk mengurangi kadar etanol yang
dibutuhkan untuk pelarut, dapat ditambahkan kosolven lain seperti gliserin,
sorbitol dan propilen glikol. Bahan tambahan yang digunakan antara lain
pemanis, pangawet, pewarna, dan pewangi, sehingga memiliki bau dan rasa yang
sedap. Sebagai pengganti gula dapat digunakan sirup gula.
c. Sirop
Sirop adalah larutan
oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi (sirop
simpleks adalah sirop yang hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa dalam
sirop adalah 64-66%, kecuali dinyatakan lain. Selain sukrosa dan gula lain,
pada larutan oral ini dapat ditambahkan senyawa poliol seperti sorbitol dan
gliserin untuk menghambat penghabluran dan mengubah kelarutan, rasaa dan sifaat
lain zat pembawa. Umumnya juga ditambahkan zat antimikroba untuk mencegah
pertumbuhan bakteri, jamur, dan ragi.
Ada 3 macam sirop:
1) Sirop
simpleks: mengandung 65% gula dalam larutan nipagin 0,25% b/v.
2) Sirop
obat: mengandung satu jenis obaat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan dan
digunakan untuk pengobatan.
3) Sirop
pewangi: tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau zat penyedap
lain. Tujuan pengembangan sirop ini adalah untuk menutupi rasa tidak enak dan
baau obat yang tidak enak.
d. Netralisasi
Netralisasi adalah obat
minum yang dibuat dengan mencampurkan bagian asam dan bagian basa sampai reaksi
selesai dan larutan bersifat netral. Contoh : solution citratis magnesici,
amygdalat ammonicus. Pembuatan: seluruh bagian asam direaksikan dengan bagian
basanya, jika perlu reaksi dipercepat dengan pemanasan.
e. Saturatio
Saturatio adalah obat
minum yang dibuat dengan mereaksikan asam dengan basa tetapi gas yang terbentuk
ditahan dalam wadah sehingga larutan menjadi jenuh dengan gas.
f. Potio
Effervescent
Potio Effervescent
adalah saturatio dengan gas CO2
yang lewat jenuh. Gas CO2 umumnya digunakan untuk pengobatan,
menjaga stabilitas obat, dan kadang – kadang dimaksudkan untuk menyegarkan rasa
minuman (Corrigensia).
g. Guttae
Guttae atau obat tetes
adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspense yang jika tidak
dinyatakan lain, dimaksudkan untuk obat dalam. Digunakan dengan cara meneteskan
larutan tersebut dengan menggunakan penates yang menghasilkan tetesan yang
setaara dengan tetesan yang dihasilkaan penates baku yang disebutkan dalam
farmakope Indonesia (47,5-52,5mg air suling pada suhu 20°C). biasanya obat
diteteskan ke dalam makanan atau minuman atau dapat langsung diteteskan ke
dalam mulut. dalam perdagangan dikenal sediaan pediatric drop yaitu obat tetes
yang digunakan untuk anak – anak atau bayi. Obat tetes yang digunakan untuk
obat luar, biasanya disebutkan tujuan pemakaiannya, misalnya eye drop untuk
mata, ear drop untuk telinga, dan lain – lain.
9. Larutan
topical
a. Ephitema
(obat kompres)
Ephitema atau obat
kompres adalah cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada tempat
yang sakit dan panas karena radang atau sifat perbedaan tekanan osmosis yang
digunakan untuk mengeringkan luka bernanah. Contoh: Liquor Burowi, Solutio
Rivanol, campuran Boorwater dan Rivanol.
b. Lotio
Lotio atau obat gosok
adalah sediaan cair berupa suspense atau disperse, digunakan sebagai obat luar.
Dapat berbentuk suspense bahan padat dalam bentuk halus dengan bahn pensuspensi
yang cocok atau tipe emulsi minyak dalam air (M/A) dengan surfaktan yang cocok.
Pada penyimpanan mungkin terjadi pemisahan. Dapat ditambahkan zat warna, zat
pengawet, dan zat pewangi yang cocok. Penandaan haarus tertera “Obat luar” dan “KOCOK
DAHULU”.
·
Formula
Sediaan Larutan
CALAMINI
LOTIO
Losio
Kalamin
Komposisi: Tiap 100ml mengandung:
Calaminum 8 g
Zincoxydum 8 g
Glycerolum 2 ml
Bentonitum Magma 25 ml
Calciii Hydroxydi Solutio hingga 100 ml
Penyimpanan:
Dalam wadah tertutup baik.
Dosis:
Bentonitum magma dibuat dengan melarutkan 5g Bentonit dalam air secukupnya
hingga 100g.
(Formula
diambil dari Formularium Nasional edisi kedua 1978)
·
Cara
Pembuatan Sediaan Larutan
1.
Zat – zat yang mudah larut, dilarutkan
dalam botol.
2.
Zat – zat yang agak sukar larut,
dilarutkan dengan pemanasan.
3.
Masukkan zat padat yang akan dilarutkan
dalam Erlenmeyer, setelah itu masukkan zat pelarutnya, dipanasi diatas tangas
air atau api bebas dengan digoyang – goyangkan sampai larut. Zat padat yang
hendak dilarutkan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dulu, mencegah jangan sampaai
ada yang lengket pada Erlenmeyer. Pemanasan dilakukan dengan api bebas sambil
digoyang – goyang untuk menjaga pemanasan kelewat setempat.
4.
Untuk zat yang akan terbentuk hidrat ,
maka air dimasukkan dulu dalam erlenmeyer agar tidak terbentuk senyawa hidrat
yang lebih lambat larutnya.
5.
Untuk zat yang meleleh dalam air panas
dan merupakan tetes besar dalam dasar erlenmeyer atau botol maka perlu dalam
melarutkan digoyang – goyangkan atau dikocok untuk mempercepat larutnya zat
tersebut.
6.
Zat – zat yang mudh terurai pada
pemanasan tidak boleh dilarutkan dengan pemanasan atau dilarutkan secar dingin.
7.
Zat – zat yang mudah menguap dipanasi,
dilarutkan dalam botol tertutup dan dinaskan serendah – rendahnya sambil
digoyang – goyangkan.
8.
Obat – obat keras harus dilarutkan
tersendiri, untuk meyakini apakah sudah larut semua. Dapat dilakukan dalam
tabung reaksi lalu dibilas.
9.
Perlu diperhatikan bahwa pemanasan hanya
diperlukan untuk mempercepat larutnya suatu zat, tidak untuk menambah kelarutan
sebab bila keadaan dingin maka akan terjadi endapan (Moh. Anief, 2015).
·
Wadah,
Etiket, dan Label
1. Wadah
Wadah yang biasa digunakan yaitu botol,
gelas, dll. Berbagai macam sediaan larutan memiliki wadah yang berbeda-beda
tergantung dari sifat fisika kimia zat yang terkandung, misalnya diperlukan
wadah tertutup rapat, tahan cahaya untuk menjaga terhadap temperatur
berlebihan, wadah yang steril, dll.
-
Semua larutan, terutama yang mengandung
pelarut mudah menguap, harus digunakan wadah tertutup rapat.
-
Bila mengandung senyawa yang tidak
stabil atau mudah terdegradasi secara fotokimia,
wadah harus tahan cahaya.
-
Botol bermulut kecil.
-
Berwarna atau tidak berwarna.
-
Penutup yang rapat, beri kap sebagai
segel.
Untuk
sediaan potio efervescent:
-
Botol bulat / botol limun
-
Volume > 20 % dari sediaan
-
Tutup diikat dengan simpul sampanye (Champagne Knoop)
2. Etiket
Etiket yang digunakan untuk sediaan
larutan yaitu etiket berwarna putih untuk obat dalam misalnya potio dan etiket
berwarna biru untuk obat luar misalnya lotio.
3. Label
-
Mengandung
obat keras à label ‘NI’
TIDAK BOLEH
DIULANG
Tanpa Resep Baru
Dari Dokter
|
-
KOCOK DAHULU
|
REFERENSI
Anief, Moh. 2015. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta.
Anonim. 1978. Formularium
Nasional, Edisi Kedua. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta
Ansel, C. Howard. 2008.
Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV.
Erlangga: Jakarta.
Baroroh, Umi L. U. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Universitas Lambung
Mangkurat: Banjarbaru.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta
Syamsuni, A. 2013. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran
EGC:Jakarta.
Comments
Post a Comment