BAKTERI, SEL PROKARIOTIK DAN EUKARIOTIK


Download PPT : Click Here!

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Sel merupakan unit dasar struktural dan fungsional bagi semua organisme hidup. Sel memiliki sistem organisasi molekuler dan biokimiawi yang mampu menyimpan  informasi, menerjemahkan informasi, mensintesis molekul sel, serta menggunakan sumber energi untuk melakukan kegiatan.  Sel-sel mampu bergerak dan mengkompensasikan fluktuasi lingkungan melalui reaksi-reaksi biokimiawi alternatif di bagian dalamnya. Sel dapat menduplikasi, melangsungkan informasi turun-temurun seperti juga sistem utama biokimiawi dan molekulernya, sebagai bagian reproduksi sel. Semua kegiatan ini dikemas dalam suatu unit struktural yang pokok dalam bentuk kecil.
Makhluk hidup seluler baik yang bersel tunggal (uniselular) maupun yang bersel banyak (multiselular) berdasarkan pada beberapa sifatnya, antara lain ada tidaknya sistem endomembran, dikelompokkan dalam dua tipe sel, yaitu sel prokariotik dan sel eukariotik. Sel prokariotik, merupakan tipe sel yang tidak memiliki sistem membran, tidak memiliki organel yang dibatasi oleh sistem membran. Sel prokariotik terdapat pada bakteri ganggang biru. Sedangkan sel eukariotik merupakan tipe sel yang memiliki sistem endomembran. Pada sel eukariotik, inti tampak jelas karena dibatasi oleh sistem membran. Pada sel ini, sitoplasma memiliki berbagai jenis organel seperti badan golgi, retikulum endoplasma (RE), kloroplas (khusus pada tumbuhan), mitokondria, badan mikro, dan lisosom.
Bakteri, berasal dari kata Latin, bacterium (jamak, bacteria); merupakan kelompok raksasa dari organisme hidup. Bakteri memiliki ukuran yang  sangat kecil (mikroskopis) dan kebanyakan uniselular (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif sederhana tanpa nukleus / inti sel, sitoskeleton, dan organel lain seperti mitokondria dan kloroplas.
Bakteri adalah organisme yang paling berkelimpahan dari semua organisme. Bakteri  tersebar (berada di mana-mana) di tanah, air, dan sebagai simbiosis dari organisme lain. Banyak bakteri yang bersifat patogen. Bakteri  biasanya hanya berukuran 0,5-5 μm. Bakteri  umumnya memiliki dinding sel, seperti sel hewan dan jamur, tetapi dengan komposisi sangat berbeda. Banyak yang bergerak menggunakan flagella, yang berbeda dalam strukturnya dari flagella kelompok lain.

1.2. RUMUSAN MASALAH
1.      Apa itu sel prokariotik dan sel eukariotik?
2.      Bagaimana struktur dasar sel bakteri?
3.      Bagaimana struktur dan fungsi luar sel bakteri?
4.      Bagaimana struktur dinding sel bakteri?
5.      Bagaimana struktur dan fungsi dalam sel bakteri?
6.      Bagaimana struktur dan fungsi sel eukariotik?

1.3. TUJUAN
Tujuan Umum
Mengetahui apa itu sel prokariotik dan sel eukariotik, struktur dasar sel bakteri, struktur dan fungsi luar sel bakteri, struktur dinding sel bakteri, struktur dan fungsi dalam sel bakteri, dan struktur sel eukariotik.
Tujuan Khusus
1.      Memahami apa itu sel prokariotik dan sel eukariotik.
2.      Memahami struktur dasar sel bakteri.
3.      Memahami struktur dan fungsi luar sel bakteri.
4.      Memahami struktur dinding sel bakteri.
5.      Memahami struktur dan fungsi dalam sel bakteri.
6.      Memahami struktur dan fungsi sel eukariotik.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1.    SEL PROKARIOTIK
Sel prokariotik, secara stuktural lebih sederhana, dan ditemukan hanya pada organisme bersel satu atau berkoloni, yaitu bakteri dan aechaea. Secara sederhana prokariot dapat dikatakan sebagai suatu molekul yang dikelilingi oleh membran dan dinding sel. Sel prokariotik tidak mempunyai karakteristik yang dimiliki oleh sel eukariotik yatu organel, tetapi mempunyai sistem membran di dalam dinding selnya.
            Suatu sel prokariotik terdiri dari DNA, sitoplasma, dan suatu struktur permukaan termasuk membran plasma dan komponen dinding sel,kapsul, flagela, pili, dan lapisan lendir (slime layer) dan sebagian sel prokariotik yang mempunyai  pigmen fotosintesis seperti yang ditemukan pada cyanobacteria.
Ciri-ciri sel prokariotik :
1.      Sitoplasma sel prokariotik bersifat diffuse dan granular (berbutir-butir) karena adanya ribosom yang melayang di sitoplasma sel.
2.      Membran plasma yang berbentuk dua lapis fosfolipid, memisahkan bagian interior sel dari lingkungan sekelilingnya dan berperan sebagai sebagai filter (penyaring) dan lalu lintas komunikasi sel.
3.      Tidak memiliki organel yang dikeilingi membran.
4.      Dinding sel, dimiliki oleh sebagian besar prokariot kecuali Mycoplasma (dari kelompok bakteri) dan Thermoplasma (dari kelopok archaea). Dinding sel bakteri terdiri atas peptidoglikan yang berperan sebagai pelindung (barrier) tambahan yang berpengaruh eksternal. Dinding sel juga berfungsi untuk mencegah pecahnya sel akibat tekanan osmotik pada lingungan yang bersifat hipotonik.
5.      Kromosom umumnya sirkular (kecuali pada bakteri Borrelia Burgdorferi). Sel prokariotik tidak memiliki inti sejati karena DNA tidak terselubung oleh membran, sehingga DNA terkondensasi dalam nukleoid (daerah inti). DNA prokariot juga tidak terikat pada protein histon yang merupakan protein kromosomal khusus.
6.      Dapat membawa elemen DNA ekstrakromosom yang disebut plasmid, yang umumnya sirkular (bulat). Plasmid umumnya membawa fungsi tambahan, misalnya resistensi antibiotik.
7.      Beberapa prokariot memiliki flagela yang berfungsi sebagai alat gerak.
8.      Umumnya memperbanyak diri dengan cara pembelahan biner.
2.1.1.     STRUKTUR DASAR SEL BAKTERI
Bakteri merupakan makhluk hidup bersel satu (tunggal) dengan ukuran yang sangat kecil dan bentuk yang sangat beragam. Bentuk tubuh bakteri bisa berbentuk bola, spiral maupun batang. Nah, dari bentuk inilah para ilmuwan memulai menggolongkan mereka. Penggolongan ini dimaksudkan agar mudah dalam mempelajarinya. Bentuk bakteri bisa kita lihat pada gambar berikut ini.
Berbagai ragam bentuk bakteri:
a) basillus
b) coccus
c) spiral
Dari gambar di atas bahwa bentuk bakteri ada beraneka ragam, ada yang berbentuk bola atau peluru (kokus), seperti batang (bacillus), bengkok seperti koma/sekrup (vibrio) dan spiral (heliks). Pada umumnya, bakteri berbentuk bulat dengan ukuran 0,7 – 1,3 mikron sedangkan sel bakteri berbentuk batang lebarnya sekitar 0,2 – 2,0 mikron dan panjangnya 0,7 – 3,7 mikron. Perlu diingat bahwa 1 mikron = 0,001 mm, nah dengan ukuran yang sangat kecil ini, maka bakteri ini hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop. Adapun ukuran bakteri yang lebih kecil dari 0,1 m hanya dapat diamati dengan mikroskop elektron.
Bakteri dapat hidup secara berkoloni. Kita dapat melihat koloni ini pada makanan yang telah busuk, maka akan keluar cairan kental dan lengket, warnanya putih agak kekuning-kuningan. Bisa dikatakan, seperti lendir. Bakteri merupakan makhluk yang mempunyai sel prokariot yaitu dimana selnya belum mempunyai membran inti. Dia bersel tunggal (satu) dan umumnya tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof. Namun ada juga yang bersifat saprofit atau parasit yaitu tidak bisa membuat makanan sendiri. Ada juga bakteri yang bersifat autotrof karena memiliki klorofil sehingga dapat membuat makanan sendiri, misalnya: bakteri hijau dan bakteri ungu. Bakteri harus melakukan proses respirasi (pernapasan) agar tetap bisa mendapatkan energi. Ada bakteri yang membutuhkan oksigen yang dinamakan sebagai bakteri aerobik misalnya bakteri Nitrosomonas yang mampu memecah gula menjadi CO2, air dan energi namun ada pula bakteri yang tidak membutuhkan oksigen (bakteri anaerobik) misalnya bakteri asam susu.
Secara umum bentuk bakteri dapat dibagi kedalam tiga golongan yaitu kokus, basil dan bentuknya lain yang bervariasi. Bakteri kokus memiliki bentuk bulat seperti bola namun pada perkembangannya bakteri ini bentuknya bisa bervariasi. Bakteri basil memiliki bentuk batang atau silinder namun bisa juga memiliki beberapa variasi bentuk lainnya. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar di bawah ini.



Macam-macam bentuk bakteri:
Susunan sel bakteri masih sangat sederhana dimana tersusun atas dinding sel dan isi sel. Pada permukaan luar bakteri terdapat kapsul yang berupa lendir yang berfungsi melindungi sekaligus sebagai cadangan makanan. Untuk kasus bakteri yang menyebabkan berbagai penyakit, kapsul ini berfungsi untuk menginfeksi sel inang. Lebih dalam lagi, maka akan terdapat dinding sel yang kaku dengan fungsi untuk melindungi isi sel. Dinding sel tersusun dari hemiselulosa dan senyawa pektin yang mengandung nitrogen. Bakteri tersusun dari membran sel, ribosom, DNA (deoxyribonucleic acid), dinding sel, flagel atau flagelium, pilus atau pili (fimbriae), kapsul, dan endospora.



2.1.2.      STRUKTUR DAN FUNGSI LUAR SEL BAKTERI

Struktur eksternal sel bakteri meliputi glikokaliks, flagela, filamen aksial, fimbria dan pili. Dibawah ini akan dijelaskan mengenai glikokaliks, flagela, filamen aksial, fimbria dan pili:
a.       Glikokaliks
Glikokaliks (selubung gula), merupakan istilah bagi substansi yang mengelilinge sel, dan digambarkan sebagai kapsul. Kapsul merupakan struktur yang sangat terorganisasi dan tidak mudah dihilangkan. Ketebalan kapsul bervariasi dan fungsinya bagi bakteri antara lain sebagai berikut :
·         Sebagai perlekatan bakteri pada permukaan
·         Pelindung sel bakteri pada kekeringan
·         Perangkap nutrisi
·         Proteksi bakteri
Pada beberapa spesies kapsul berperan pada virulensi. Kapsul melindungi bakteri patogen dari fagositosis sel inang. Mayoritas kapsul terdiri dari polisakarida yang mengandung sebagian glukosa, gula amino, rhamnosa, 2-keto-deoxygalactonic acid, asam uronat dari berapa macam-macam gula dan beberapa asam organik, misalnya piruvat dan asetat. Bakteri streptococcus pneumoniae dan Klebsiella sp. Memiliki kapsul polisakarida, namun demikian ada beberapa jenis bakteri yang terdiri dari polipeptida terutama asam poliglutamat. Bakteri Bacillus anthrachis dan Bacillus subtilis memproduksi kapsul asam D-glutamat.
Slime (lapisan lendir), sebagian kapsul diekskresikan oleh bakteri kedalam media pertumbuhannya sebagai lapisan lendir (slime). Lapisan lendir bakteri tidak terorganisasi dengan baik dan mudah dihilangkan. Secara spesifik, lapisan lendir ini tersusun dari eksopolisakarida, glikoprotein, glikolipid. Fungsi dari lapisan lendir pada bakteri adalah untuk melindungi bakteri dari pengaruh lingkungan yang membahayakan, misalnya antibiotik dan kekeringan. Lapisan lendir juga dapat memerangkap nutrisi dan air. Lapisan lendir memungkinkan bakteri untuk menempel pada permukaan yang halus. Lapisan lendir juga memungkinkan koloni bakteri untuk bertahan pada proses sterilisasi kimiawi menggunakan klorin, iodin, dan bahan kimia lainnya.
Pada beberapa kasus, keseluruhan material kapsul dapat dilepaskan dari permukaan sel dengan cara menggojlok atau melakukan homogenesiasi susoensi (larutan) bakteri. Pada akbirnya kapsul dapat dipisahkan dari media pertumbuhan bakteri sebagai lapisan lendir. Pembentukan lendir ini cukup intensif bila pada media pertumbuhan bakteri yang terdapat sakarosa. Sebagai contoh, bakteri streptococcus mutans dan streptococcus salivarious yang merupakan penyebab karies gigi, mengekskresikan heksosil trabsferase yang mengubah sakarosa menjadi polifruktusa (laevan). Polisakarida menempel pada permukaan gigi dan merupakan matriks dimana peoduk-produk asam ahasil fermentasi bakteri genus Streptococcus, terutama asam laktat, terakumulasi.
b.      Flagella (motilitas)
Flagela, merupakan filamen yang mencuat dari sel bakteri dan berfungsi untuk pergerakan bakteri. Flagela berbentuk panjang dan ramping. Panjang flagela pada umumnya beberapa kali panjang sel dengan garis tengah berkisar 12-30 nm. Ada 5 macam tipe bakteri berdasarkan jumlah dan letaknya flagelanya, yaitu atrikus. 
a.       Atrikus (bakteri yang tidak memiliki flagela)
b.      Monotrikus (1 flagela)
c.       Lofotrikus (1 atau lebih flagela pada satu ujung sel)
d.      Amfitrikus (sekelompok flagela pada masing-masing ujung sel)
e.       Dan, peritrikus (flagela terdistribusi di seleruh permukaan sel).
Dibawah ini bentuk dari tipe bakteri berdasarkan jumlah flagelanya:


Flagela mempunyai 3 bagian dasar yaitu filamen (yang mengandung protein flagelin) kait tempat filamen tertanam, dan bagian bagian dasar (basal body) yang memaku flagela pada dinding sel dan membran plasma. Rotasi flagela dapat searah ataupun berlawanan arah jarum jam di sepanjang sumbu flagela. Gerakan flagela ini memungkinkan bakteri mendeteksi atau menjauhi stimulus atau rangsang (taksis), misalnya stimulus kimia (kemotaksis), stimulus udara (aerotaksis), stimulus medan magnet (magnetotaksis), dan stimulus cahaya (fototaksis).
Kemotaksis merupakan respons bakteri terhadap stimulus atau rangsang kimiawi. Bakteri dengan flagela peritrikus bergerak mendekati rangsang kimia. Escherichia coli memberikan respons yang kuat terhadap beberapa molekul organik seperti glukosa, galaktosa, asam amino serin, dan asam aspartat.
Fototaksis merupakan respons bakteri terhadap rangsang cahaya. Fototaksis positif merupakan respons bakteri terhadap sinar dengan cara mendeteksi sumber cahaya, tetapi seiring makin tingginya intensitas sinar, bakteri akan tiba-tiba berbalik arah menjauhi sinar, hal ini dikenal sebagai fototaksis negatif.
Beberapa spesies bakteri bergerak dengan arah sesuai dengan jalur gaya magnetik. Umumnya pada bakteri tersebut terkandung ion besi dalam jumlah berkisar 0,4% dari berat kering selnya, berupa oksida besi feromagnetik (magnetit) dalam bentuk grana (magnetosom) yang berlokasi didekat flagela. Sebagai contoh, bakteri yang diisolasi dari kutub utara akan selalu bergerak menuju ke utara dan tidak dapat hidup bila ditumbuhkan di kutub selatan.
c.       Filamen aksial
Filamen aksial (endoflagela) adalah kumpulan benang yang muncul pada ujung sel di bawah selaput luar sel dan berpilin membentuk spiral di sekeliling sel. Rotasi filamen menimbulkan pergerakan selaput luar sel san memungkinkan arah gerak bakteri berbentuk spiral. Contohnya adalah pada Treponema pallidum dan Laptospira interrogans.
d.      Fimbrae
Fimbria, disebut juga pili dapat diamati dengan mikroskop elektron pada permukaan beberapa jenis sel bakteri. Fimbria merupakan mikrofibril serupa rambut berukuran 0,004 – 0,008 µm. Fimbria lebih lurus, lebih tipis dan lebih pendek dibandingkan dengan flagela. Struktur fimbria serupa dengan flagela, disusun oleh gabungan monomer, membentuk rantai yang berasal dari membran plasma. Salah satu bakteri yang memiliki banyak fimbria, dapat menginfeksi saluran urin. Sel berfimbria melekat kepada ruang antar sel, permukaan hidrofobik, dan reseptor spesifik.
Fungsi fimbria dianggap membantu bakteri untuk bertahan hidup dan berinteraksi dengan inang. Fungsi fimbria, di antara komponen permukaan sel bakteri yang lainnya, dapat dianggap memiliki aktivitas fungsional seperti adhesin, lektin, evasin, agresin, dan pili seks. Pada bakteri patogen yang menyebabkan infeksi, fimbria dan komponen permukaan lainnya dapat berperan sebagai faktor pelekat spesifik, yang disebut adhesin. Spesifisitas perlekatan fimbria dapat menyebabkan bakteri menempel dan berkoloni pada jaringan inang spesifik.
Fimbria 987P, K88, K99 pada strain E. coli enteropatogen (penyebab diarhe) berfungsi untuk kolonisasi dalam usus babi dan anak sapi. Pada beberapa jenis bakteri, permukaan sel memiliki protein membran. Protein membran pada Streptococcus pyogenes grup A, diketahui sebagai faktor virulensi, berperan sebagai faktor pelekat (adhesin) pada proses kolonisasi pada faring, perlekatan tidak terjadi jika protein membran dinetralisasi oleh antiserum spesifik, dapat mencegah fagositosis (berperan sebagai suatu evasin) dan akhirnya berperan sebagai leukosidal (berperan sebagai agresin atau toxin).
Fimbria lain yang masuk kelompok protein disebut lektin, ditemukan pada hewan dan tumbuhan, yang berikatan dengan gula spesifik pada permukaan sel. Sebagai contoh, perlekatan fimbria E. coli dan Shigella flexneri terhadap sel darah merah dan jaringan (epitel usus) secara spesifik dihambat oleh D-manosa dan D-metilmanosida. Pada beberapa jenis bakteri seperti pada Pseudomonas aeruginosa memiliki fimbria spesifik untuk mengikat metil-D-galaktosa, L-fruktosa atau D-mannosa pada Vibrio cholerae dan suatu oligosakarida mengandung D-galaktosa pada Neisseria gonorrhoeae.
Fimbria strain N. gonorrhoeae yang berbeda memperlihatkan variasi antigenik yang sangat besar. Hal ini terjadi karena variasi unit monomer fimbria yang disusun oleh domain peptida terminal antigenik variabel dan menyimpan suatu domain peptida non-antigenik., domain peptida non-antigenik dapat bersifat antigenik hanya pada saat diisolasi dengan senyawa kimia. Variabilitas antigenik dari fimbria gonococcus nampaknya merupakan tipe lain dari fenomena penolakan sistem imun inang melalui variasi antigenik parasit. Berdasarkan hal tersebut, fimbria gonococcus disebut evasin.
Mikrofibril bakteri Gram-negatif, sering disebut pili umum (fimbria) atau sebagai pili seks. Mikrofibril terdapat secara bebas atau secara simultan pada sel yang sama. Pada permukaan sel tersebar sekitar 100 – 200 fimbria, hanya 1- 4 pili seks ditemukan pada daerah tertentu. Pili seks berfungsi untuk mendeteksi adanya antigen spesifik atau diduga untuk meng-inaktifkan bakteriofaga tertentu, yang menempel secara spesifik pada pili seks. Faga RNA spesifik menempel sepanjang filamen pili seks, sedangkan faga DNA berbentuk filamen menempel pada ujung pili. Struktur mikrofibril juga dapat dilibatkan dalam meluncur dan gerak kedutan lambat pada bakteri yang tidak berflagel (translokasi permukaan).
e.       Pili
Pili (tunggal: pilus) secara morfologi sama dengan fimbria. Umumnya pili lebih panjang dibandingkan fimbria. Pili berperan khusus dalam transfer molekul genetik (DNA) dari satu bakteri ke bakteri lainnya pada peristiwa konjugasi. Karena fungsinya yang spesifik pada transfer DNA bakteri, maka pili seringkali disebut sebagai pili seks.
f.       Perbedaan sifat motilitas bakteri
Motalitas merupakan salah satu ciri penting pengkarakterisasian bakteri. Sifat ini diakibatkan oleh adanya alat moler cambut yang disebut flagella sehingga sel bakteri dapat berenang didalam lingkungan air. Motilitas sebagaian besar jenis bakteri motil pada suhu relatif rendah 15-25  dan mungkin tidak motil pada suhu 37 . Namun, suatu resiko tersendiri bagi organisme berukuran kecil untuk menerima kenyataan bahwa dengan ukuran tersebut sel bakteri dapat dipengaruhi oleh aktifitas molekul air/pelarut disekitarnya yang dinamakan Brownian movement.
Gerakan brown adalah gerak partikel koloid yang bergerak dengan arah tak beraturan, gerak acak molekul ini dapat membuat sel bakteri bergoyang-goyang cepat atau lebih tepatnya bergetar tak beraturan sehingga bagi mata yang awas akan terlihat motil. Sel yang berpengaruh gerak brown diamati pada perbesaran 1000x dengan mikroskop cahaya, tentunya dengan preparat sederhana dan media kaldu atau koloni yang dicampur air.
Sel yang bergerak dengan dorongan flagella akan bergerak lebuh aktif. Jika suatu sel tersebut motil, akan menciptakan jalur gerak yang tak beraturan. Namun untuk gerak brown sel tampak pasif dan seperti bergerak sendiri, mirip pada saat menggetarkan batang pensil dengan memutarkan pergelangan tangan.
Uji motilitas berperan dalam mengetahui pergerakan bakteri. Bakteri yang dinyatakan positif motil atau bergerak akan ditunjukan dengan adanya kekeruhan pada media uji yang menunjukan pertumbuhan koloni.
Berdasarkan mekanisme gerak bakteri bila didasari oleh ada tidaknya alat gerak dapat digolongkan dalam bakteri yang bersifat motil dan yang bersifat non motil, bakteri yang bersifat motil memiliki alat gerak yang dinamakan flagel. Tidak semua bakteri mempunyai daya motilitas, ada bakteri yang tidak mempunyai alat gerak yaitu flagel sehingga berdasarkan letak dan jumlah flagel pada sel bakteri, jenis ini digolongkan dalam bakteri atrik (Dwidjoseputro, 1978).
Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa bakteri tidak bergerak dengan kekuatan sendiri melainkan bergerak maju kemudian mundur ke tempat semula. Bakteri tidak menunjukkan gerakan yang cepat dan perpindahan tempat saat diamati. Oleh karena itu dapat dipastikan bahwa gerakan yang terjadi adalah gerak Brown (gerakan yang terjadi pada bakteri akibat adanya energi kinetik). Pada gerak Brown semua organisme bergetar dengan laju yang sama dan menjaga hubungan ruang yang tetap satu sama lain, sedangkan bakteri yang motil terus menerus bergerak kearah tertentu (Wesley & Wheeler, 1988).
2.1.3.      STRUKTUR DINDING SEL BAKTERI
1.      Komposisi
Dinding sel berfungsi sebagai pelindung dari pengaruh buruk dari luar dan pemberi bentuk sel bakteri. Tebal dinding bakteri berkisar antara 10 hingga 35mm, bahkan ada beberapa bakteri yang memiliki dinding sel yang amat tebal. Dinding sel bakteri terdiri atas bermacam-macam bahan organik seperti selulosa, hemiselulosa, khitin (yaitu karbohidrat yang mengandung unsur N). Dinding sel sangat berguna bagi bakteri dalam pertumbuhan dan pembelahannya.
2.      Karakteristik
Bakteri mempunyai dinding sel yang tersusun dari peptidoglikan yaitu gabungan protein dan polisakarida. Peptidoglikan merupakan polimer yang terdiri dari tiga macam pembangun (1) N – asetilglukosamin (AGA), (2) asam N – asetilmuramat (AAM), dan (3) suatu peptide yang terdiri dari empat atau lima asam amino, yaitu L–alanin, D–alanin, asam glutamat, dan lisin atau asam diaminopimelat. Selain peptidoglikan dinding sel juga mengandung kandungan kimia lain seperti asam tekoat, protein, polisakarida, lipoprotein, dan lipopolisakarida yang terikat pada peptidoglikan. Peptidoglikan bersama-sama dengan dua komponen lain dinding sel yaitu asam diaminopimelat dan asam tekoat hanya dijumpai pada prokariota. Dinding sel bakteri Mycobakterium tuberculosis mengandung sejumlah peptidoglikan, arabinan, dan lipid yang seimbang. Lebih dari 50% komponen lipid merupakan asam mikolat yang teresterifikasi, sedangkan 25% merupakan asam lemak normal. Asam poli-L-glutamat terikat-peptidoglikan juga terdapat pada Mycobacterium tuberculosis.
3.         Mekanisme pewarnaan
Pewarnaan secara gram merupakan salah satu prosedur yang digunakan dalam klasifikasi bakteri. Komposisi dinding sel bakteri Gram positif berbeda dari Gram negatif, sehingga pada dinding sel bakteri Gram positif lebih tebal maka akan menyusut oleh perlakuan alkohol karena terjadinya dehidrasi. Hal ini menyebabkan pori-pori dinding sel menutup sehingga mencegah larutnya komplek ungu Kristal iodium pada langkah pemucatan. Sedangkan pada sel Gram negatif mempunyai kandungan lipid yang lebih tinggi pada dinding selnya dan lipid pada umumnya larut dalam alkohol dan aseton. Larutnya lipid oleh pemucat yang digunakan dalam pewarnaan Gram menyebabkan pori-pori membesar sehingga menyebabkan pemucatan lebih cepat. Perbedaan reaksi Gram bukanlah fenomena yang mutlak dan kaku, melainkan merupakan perbedaan laju lepasnya kompleks ungu kristal iodium dari sel pada langkah pemucatan.
Bakteri Gram positif sekalipun dapat memperlihatkan reaksi Gram negatif bila mengalami pemucatan yang berlebihan. Dalam keadaan demikian sel-sel Gram-Gram positif akan melepaskan warna primer dan menerima pewarnaan tandingan. Pada pewarnaan Gram, olesan yang terlalu tebal tidak akan memucat secepat seperti olesan dengan kerapatan sel yang normal. Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempunyai dinding sel dengan lapisan peptidoglikan yang tebal. Bakteri ini akan berwarna ungu jika diwarnai dengan pewarnaan gram. Contoh bakteri gram positif yaitu Neisseria gonorrhoe, Treponema pallidum, Vibrio cholerae, dan Bacillus subtilis.  Sedangkan bakteri gram negatif adalah bakteri yang mempunyai dinding sel dengan lapisan peptidoglikan yang tipis. Bakteri ini akan berwarna merah muda atau merah jika diwarnai dengan pewarnaan gram. Contoh bakteri gram negatif yaitu Eschericha coli, Steptrococcus mutans, dan Staphylococcus.
4.         Perbandingan dan perbedaan struktur dinding sel bakteri gram positif dan negatif
Berdasarkan pewarnaan Gram, bakteri digolongkan 2 macam, yaitu:
1.    Bakteri Gram positif.
2.    Bakteri Gram negatif.
Pewarnaan Gram dapat digunakan untuk determinasi bakteri, yaitu dengan melihat hasil akhir pewarnaan bakteri. Pada akhir pewarnaan, Gram positif bewarna ungu (violet) dan bakteri Gram negatif bewarna merah. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya perbedaan komposisi dinding selnya, di mana pada bakteri Gram negatif lebih rumit daripada Gram positif.



Tabel perbandingan antara bakteri Gram positif dan Gram negatif.
KETERANGAN
GRAM POSITIF
GRAM NEGATIF
Dinding sel
Sederhana
Lebih komplex
Struktur dinding sel
1 lapisan peptidoglikan
2 lapisan :
a.    bagian luar :
lipopolisakarida dan protein.
b.    bagian dalam :
peptidoglikan.
Ketebalan
15-80 nm
10-15 nm
Berat
50% berat kering sel
10% berat kering sel
Syarat nutrisi
Lebih kompleks
Lebih sederhana
Resistensi terhadap :
-       Penisilin
-       Streptomisin
-       Ungu kristal
-       Fisik


Lebih rentan
Kurang rentan
Pertumbuhan terhambat
Lebih resisten


Kurang resisten
Resisten
Lebih resisten
Kurang resistensi

Perbedaan  struktur antara bakteri Gram positif dan Gram negatif.


5.         Bakteri tahan asam
Bakteri tahan asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri-ciri yaitu berantai karbon (C) yang panjangnya 8-95nm dan memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak mikolat, lipid yang ada bisa mencapai 60% dari berat dinding sel. Bakteri yang termasuk BTA antara lain :
-       Mycobacterium tuberculose
-       Mycobacterium bovis
-       Mycobacterium leprae
-       Mycobacterium avium
-       Nocandia meningtidis
-       Nocandia gonorrhoeae
Mycobacterium tuberculose adalah bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit tuberculose dan bersifat tahan asam sehingga digolongkan sebagai bakteri tahan asam (BTA). Penularan Mycobacterium tuberculose terjadi melalui jalan pernafasan (Syahrurachman, 1994).
Mikrobakteria adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang dan tidak mudah diwarnai tetapi jika telah diwarnai tahan dekolorisasi oleh asam atau alkohol dan karena itu dinamakan hasil “basil tahan asam” (BTA).
Pewarnaan Zhiel Neelson atau pewarnaan tahan asam memilahkan kelompok Mycobacterium dan Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam karena dapat mempertahankan zat warna pertama (carbol fuchsin) sewaktu dicuci dengan larutan pemucat (alkohol asam). Larutan asam terlihat berwarna merah, sebaliknya pada bakteri yang tidak tahan asam karena larutan pemucat (alkohol asam) akan melakukan reaksi dengan carbol fuchsin dengan cepat, sehingga sel bakteri tidak bewarna (Lay, 1994).
6.      Archaea dan Mikoplasma
a.    Archaea
Archaea sebagai grup prokariot, baru dikenali sebagai domain terpisah kira-kira tiga dekade yang lalu. Karena itu analisis struktural dari seluruh isolat archae belumlah cukup lengkap. Sebagai konsekuensinya, banyak pengetahuan mengenai detail struktur sel Archaea yang berdasarkan pada struktur sel bakteri, dikarenakan  kemiripan struktur dalam sel kedua domain tersebut. Pada umumnya Archaea memiliki ukuran sel yang sama dengan eubakteria (1.5-2.5 µm3).
Seluruh karakteristik struktur umum  sel  Archaea  yang merupakan sel prokaryotik memiliki kemiripan dengan eubakteria, baik itu fungsi maupun penamaanya. Archaea tergantung pada proses difusi untuk transportasi nutrisi dan metabolit sekunder ke dalam maupun keluar badan sel. Karenanya, Archae memiliki rasio area permukanan terhadap volume sel yangcukup tinggi. Pada sel Archaea tidak ada pembagian ruang menggunakan ikatan membran organel seperti yang ada di dalam sel eukariot, serta struktur internal seperti polyhydroxyalkanoat, granules, carboxysomes, dan lain-lain jauh berbeda dengan eubakteria.
Dinding sel Archaea berbeda dengan Gram positif dan Gram negatif yang merupakan tipe umum dinding sel bakteri. Dinding sel yang disusunmurein tidak pernah ditemukan pada Archaea. Penggantinya, dinding sel selalu disusun oleh lapisan S yang merupakan sub unit protein yang disusun secara teratur pada permukaan sel. Polisakarida juga sering ditemukan berasosiasi dengan pembungkus, walaupun dalam banyak kasus sturkturnya tidak dikenal. Lapisan S Archaea sangat sensitif terhadap detergen seperti SDS (sodium diodecyl sulfat) yang dapat melarutkan protein. Sel Archaea juga cepat terurai dalam larutan yang berisi konsentrasi rendah detergen. Meskipun lapisan S umum dalam bakteri, lapisan S biasanya hanya salah satu komponen dari kelompok pembungkus dan ditemukan di luar lapisan murein, kecuali pada Genus Planctomyces, Pasteuria dan Thermomicobrium roseum, pada bakteri ini, lapisan S merupakan komponen terbesar dari dinding sel.
Pembungkus sel dari beberapa Archaea juga sama dengan pembungkus sel bakteri. Thermoplasma adalah Archaea seperti halnya Mycoplasma  pada bakteri merupakan dua prokariot yang tidak memiliki dinding sel. Beberapa Metanogen, seperti Methanobacterium, memiliki suatu dinding sel dari polimer yang disebut pseudomurein yang mirip sekali dengan murein (peptidoglikan dalam bakteri). Pseudomurein disusun oleh polisakarida yang berhubungan secara menyilang dengan asam amino, mirip sekali dengan murein. Sedangkan, polisakarida disusun oleh N asetiltalosaminuronat. Asam muramat komponen sakarida umum dari murein, tidak ditemukan. Juga asam D.amino yang umum dalam petidoglikan bakteri. Dalam hal yang lain, secara kimia dan fisika dari pseudomurein dan murein adalah serupa. Keduanya tahan terhadap protease atau enzim-enzim yang menghidrolisis ikatan peptida.
b.      Mycoplasma
Mycoplasma adalah genus bakteri yang tidak memiliki dinding sel. Tanpa dinding sel, Mycoplasma tidak berpengaruh oleh kebanyakan antibiotik biasa seperti penisilin atau antibiotik betalaktam lain yang umumnya menyerang sintesis dinding sel. Beberapa spesies genus ini merupakan patogen bagi manusia, termasuk M. pneumonia,  yang merupakan penyebab utama Pneumonia atipis dan gangguan respirator lain, serta M. genitalium, yang diyakini terlibat dalam penyakit radang pelvis. Dengan diameter 0,1 mikron, Mycoplasma adalah sel terkecil yang diketahui.

2.1.4.      STRUKTUR DAN FUNGSI DALAM SEL BAKTERI
a.    Sitoplasma
Merupakan substansi  yang  menempati ruangan sel bagian dalam. Didalam sitoplasma terdapat berbagai enzim, air (80%), protein, karbohidrat, asam nukleat, dan lipid yang membentuk sistem koloid yang secara optik bersifat homogen. Selain dikelilingi oleh dinding sel sitoplasma juga dikelilingi oleh membran sel (membran plasma) dan kadang-kadang terdapat lapisan di sebelah luar dinding sel berupa kapsul atau lapisan lendir (slime layer). Fungsi sitoplasma yaitu sebagai tempat terjadinya reaksi-reaksi metabolisme sel (Sylvia T,Pratiwi 2006).
b.      Nukleoid
Hanya berisi asam nukleat, umumnya mengandung kromosom melingkar tunggal yang menyimpan informasi genetik prokariota. Fungsinya adalah untuk pengendali dan pengatur sel.
c.       Ribosom
Ribosom adalah organel-organel kecil yang tersebar dalam sitoplasma dan berfungsi dalam sintesis protein, ribosom tersusun dari senyawa protein dan RNA (Ribonukleic acid) jumlah ribosom didalam suatu sel bakteri mencapai ribuan contohnya, Escherichia coli yang mempunyai 15.000 ribosom. Fungsinya adalah berperan dalam proses sintesis protein.
d.      Benda inklusi
Zat zat inklusi yang dimaksud dalam sitoplasma adalah zat zat yang tidak dapat larut yang membentuk suspensi dalam sitosol. Terdapat banyak jenis zat inklusi dan sel, dan semuanya tergantung jenis sel tersebut. Selain itu, inklusi juga dapat berupa droplet atau butiran butiran lipid (lemak) ataupun campuran antara lemak dan protein yang biasa digunakna oleh sel prokariot dan eukariot dalam menyimpan makanannya, contohnya pada jaringan atau sel adiposa yang sitosolnya banyak berisi droplet lipid.
a)    Granula metakromatik
Di dalam sitoplasma dapat ditemukan granula metakhromatik yang terdiri atas volutin, granula glikogen serta granula lemak. Granula metakhromatik sering ditemukan pada jenis-jenis kuman patogen tertentu dan berbentuk khas untuk kuman tersebut. Di dalam sitoplasma dapat ditemukan granula metakhromatik yang tersebut di dalam sediaan mikroskopik. Misalnya kuman difteri mempunyai granula metakhromatik karena bila diwarnai dalam sediaan, granula tersebut akan berwarna lain dari pada zat warna yang digunakan. Misalnya bila diwarnai sediaan kuman difteri dengan zat warna biru metilen, granula Babes-Ernst akan berwarna coklat tua. Pada spesies kuman tertentu, granula metakhromatik terletak pada tempat-tempat khas di dalam sel kuman.
b)      Granula sianofisin
Granula sianofisin yaitu badan inkusi yang terdapat pada sinobakteria yang berfungsi untuk menyimpan nitrogen.
c)    Granula sulfur
Granular sulfur (belerang) atau granular  fosfat, senyawa anorganik yang di simpan dalam sitoplasma. Granula sulfur terdapat pada beberapa jenis bakteri.
d)   Inklusi lipid
Inklusi lipid, seperti polimer asam poli-β-hidroksibutirat terdapat pada Mycobacterium, Bacillus, Azotobacter, dan Spirillum.
e)    Karboksisom
Karboksisom, terdapat pada bakteri nitrifikasi, sianobakteri dan Thiobacilli yang menggunakan CO2 sebagai sumber karbon untuk fiksasi.
f)    Magnetosom
Merupakan sebuah struktur intraseluler bakteri yang terdiri atas mineral besi, yaitu magnetit (Fe3O4) yang dapat membuat sebuah orientasi pergerakan bakteri mengikutan medan magnet. Pergerakan bakteri akibat magnetosom disebut sebagai magnetotaksis (proses pengubahan orientasi dan pergerakannya sepanjang medan magnet bumi).
e.       Endospora
Endospora (resting cell) yaitu struktur dengan dinding tebal dan lapisan tambahan pada sel bakteri yang dibentuk disebelah dalam membran sel. Endospora merupakan sebuah fasa yang dilakukan oleh beberapa bakteri, seperti Bacillus dan Closridium memproduksi bentuk pertahanan hidup pada kondisi yang tidak menguntungkan. Proses ini dikenal sebagai sporulasi. Spora bakteri berbeda dengan spora pada jamur. Spora bakteri tidak mempunyai fungsi sebagai alat reproduksi. Endospora ini tahan terhadap kondisi lingkungan ekstrem seperti suhu yang tinggi, kekeringan, senyawa kimia beracun (disinfektan  antibiotik) dan radiasi sinar UV. Endospora dapat disebut sebagai fase tidur dari bakteri. Endospora mampu bertahan sampai kondisi lingkungan kembali menguntungkan, kemudian membentuk proses germinasi, dan membentuk bakteri sel tunggal.
Endospora merupakan sel yang tahan terhadap kekeringan karena mempunyai dinding sel yang tebal dan lapisan tambahan. Endospora terbentuk didalam sel dan mampu tumbuh menjadi organisme vegetatif yang baru. Bila dipaparkan pada lingkungan luar, endospora tahan terhadap panas, kekurangan air, dan paparan bahan kimia toksik serta radiasi. Salah satu karakteristik endospora bakteri adalah susunan kimiawinya, yaitu mengandung sejumlah besar asam dipikolinat, yang mencapai 5-10% berat kering endospora.
Struktur endospora terdiri atas inti (core), korteks, dan selubung (coat). Inti tersusun atas sitoplasma terdehidrasi, DNA, ribosom, enzim, dan lain sebagainya. Korteks tersusun atasmodifikasi lapisan dinding sel (peptidogikan) yang tidak saling silang (cross-linked)  sebagaimana pada sel vegetatif. Selubung tersusun atas protein yang bersifat impermeabel terhadap bahan-bahan kimiawi.
Ketika dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop cahaya, struktur ini sangat refraktif  karena impermeable  terhadap pewarna yang umumnya digunakan untuk pengamatan bakteri. Strukturnya harus diamati oleh malakit green sehingga pewarna ini akan meresap ke dalam struktur ini dan dibantu dengan steam. Pengamatan menggunakan mikroskop elektron menunjukkan perbedaan yang sangat besar antara sel vegetatif dan endospora. Endospora memiliki lapisan terluar, yaitu eksosporium. Di dalamnya terdapat beberapa lapisan protein. Dibawah eksosporium terdapat korteks, yang terdiri atas peptidoglikan yang terhubung silang secara longgar. Di dalam korteks, terdapat sebuah inti, yang mengandung dinding inti, membran sitoplasma, sitoplasma, nukleoid, ribosom, dan beberapa seluler yang esensial.
Fungsi endospora adalah bentuk kehidupan alternatif yang dihasilkan oleh Bacillus, Clostridium, dan beberapa genera bakteri termasuk Desulfotomaculum, Sporosarcina, Sporolactobacillus, Oscillospira, dan Thermoactinomyces. Bacillus adalah aerob obligat yang tinggal di tanah sementara Clostridium spesies yang wajib Anaerob sering ditemukan sebagai flora normal dari saluran usus pada hewan. Endospora dibentuk oleh bakteri, pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, missal kekurangan nutrisi dan air, suhu yang sangat panas atau sangat dinging serta racun. Endospora berupa tubuh berdinding tebal dan sangat resisten (tahan).
Fungsi Endospora  ini sebagai pelindung dari bakteri. Endospora mengandung sedikit sitoplasma, materi genetik, dan ribosom. Dinding endospora yang tebal tersusun atas protein dan menyebabkan endospora tahan terhadap kekeringan, radiasi cahaya, suhu tinggi dan zat kimia. Jika kondisi lingkungan menguntungkan endospora akan tumbuh menjadi sel bakteri baru. Endospora lebih tahan terhadap keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan daripada sel vegetatif bakteri. Proses pembentukan spora dinamakan proses sporulasi. setelah kondisi lingkungan membaik, endospora akan pecah menjadi sel vegetatif kembali, dinamakan proses germinasi.



f.       Mekanisme pembentukan endospora
Proses pembentukan endospora dalam sel vegetatif (sel induk) dikenal sebagai proses sporulasi atau sporogenesis. Mekanisme terjadinya sporulasi adalah sebagai berikut:
1.    Pada tahap pertama bakteri membentuk filamen aksial. Pembentukan filamen aksial tidak berlangsung lama.
2.    Pembentukan septum asimetris, menghasilkan sel induk dan calon sel pra-spora. Masing-masing sel menerima DNA anakan.
3.    Selanjutnya terjadi fagositosis sel pra-spora oleh sel induk, sehingga sel pra-spora menjadi bentukan yang disebut protoplas.
4.    Tahap ketiga adalah perkembangan protoplas yang disebut perkembangan spora-awal (forespore). Pada perkembangan spora-awal belum terbentuk peptidoglikan, sehingga bentuk spora-awal tidak beraturan (amorf).
5.    Pembentukan korteks (peptidoglikan). Spora-awal menyintesis peptidoglikan sehingga spora-awal mempunyai bentuk pasti. Pembentukan peptidoglikan oleh spora-awal disebut juga pembentukan korteks.
6.    Pembentukan pembungkus (coat). Spora-awal menyintesis berlapis-lapis pembungkus spora. Pembungkus spora disintesis baik secara terus-menerus maupun terputus-putus, sehingga tampak seperti penebalan korteks. Material korteks dan pembungkus spora berbeda.
7.    Pematangan spora. Spora bakteri menyintesis asam dipokolinat dan melakukan pengambilan kalsium. Dua komponen ini merupakan karakteristik resistensi dan dormansi endospora.
8.    Tahap terakhir adalah pelepasan spora. Terjadi lisis sel induk, sehingga spora yang telah matang keluar. Tidak ada aktivitas metabolik yang terjadi sampai spora siap untuk melakukan germinasi. Proses sporulasi ini biasanya berlangsung sekitar 15 jam.
g.      Germinasi
Endospora kembali ke bentuk vegetatif melalui proses yang disebut germinasi. Germinasi dipacu oleh tekanan fisik atau kerusakan kimia pada selubung endospora. Selanjutnya enzim endospora akan memecah lapisan tambahan yang mengelilingi endospora, air memasuki sel, dan proses metabolisme kembali aktif. Karena satu sel vegetatif membentuk satu endospora yang setelah proses germinasi tetap menjadi satu sel, sporulasi bakteri bukan merupakan proses reproduksi karena proses ini tidak meningkatkan jumlah sel.

2.1.5.      STRUKTUR KIMIA DAN FUNGSI PLASMA MEMBRAN SEL PROKARIOTIK
Membran plasma atau biomembran yang juga dikenal dengan biomembran adalah selaput tipis, halus, dan elastis yang menyelubungi permukaan sel hidup.membran plasma bersifat semipermeabel dengan ketebalan 75Å -100 Å, yang mampu melewatkan spesi tertentu dan menahan spesi yang lain. Spesi yang memiliki ukuran lebih besar dari pori membran akan tertahan dan spesi yang memiliki ukuran lebih kecil dari pori membran dapat melewatinya. Dengan kata lain, membran plasma memiliki sifat traspor yang selektif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa membran plasma sangat beragam, baik dari segi struktur maupun dari fungsi. Meski demikian, semua membran plasma dibentuk dari molekul-molekul lipid dan protein yang terhubung satu dengan yang lainnya oleh gaya-gaya nonkovalen yang saing menunjang. Hampir seluruh membran plasma tersusun atas lipid dan protein, yang susunan proteninnya sekitar 35% lipid, 62% protein, dan 3% polisakarida. Lipidnya terdiri atas 60% fosfolipid, 25% kolesterol, dan 15% lipid lain.

Membran plasma bukan hanya pembungkus sel atau pembatas sel dengan lingkungannya, tetapi ikut serta dalam pengaturan isi sel. Banyak proses yang esensial dalam sistem hidup berlangsung di dalam strutur membran. Beberapa peranan membran plasma yang penting adalah:
-          Pengatur keluar masuknya zat dari dan dalam sel
-          Tempat berlangsungnya beberapa enaergi
-          Penghubung transfer energi antara bagian dalam dan luar sel
Lipid membran plasma adalah fosfolipid dan glikolipid. Juga ada kolesterol.
Dua jenis fosfolipid penyusun membran plasma adalah :
1.      Fosfogliserida, yaitu fosfolipid yang struktur kimianya mempunyasi residu penyusun gliserol. Misalnya fosfatidil-kolin (lesitin), fosfatidil etanolamin (sefalin), dan fosfatidil serin.
2.      Fosfosfingolipid, yaitu fosfolipid yang struktur kimianya mempunyai residu penyusun sfingol (sfingosin), misalnya sfingomielin.
Glikolipid merupakan lipid majemuk turunan sfingol yang mengandung karbohidrat, dan dikenal sebagai glikorebrosida. Karbohidrat rebrosida yang berupa galaktosa disebut galaktoserebrosida, sedangkan yang karbohidratnya glukosa disebut glukoserebrosida. Lipid lainnya yang penting dalam membran plasma adalah kolesterol. Kolesterol terdapat dalam eukariot tidak dalam prokariotik.
Protein membran plasma tersebar secara tidak merata diantara permukaan luar dan permukaan dalam membran plasma. Berdasarkan letaknya, protein membran plasma dibedakan menjadi dua:
1.      Protein integral
Proterin intrinsik adalah protein yang seluruhnya atau sebagian terbenam dalam dua lapis lipid, bersifat amfipatik, dan berbentuk globular. Bagian molekul yang terbenam bersifat hidrofobik, sedangkan molekul yang mencuat keatas bersifat hidrofilik.
2.      Protein periferal
Protein ekstrinsik terdapat pada permukaan membran plasma. Protein ini tiak mengadakan interaksi secara langsug dengan fosfolipid dalam membran plasma, tetapi terikat lenmah pada bagian hidrofilik protein integral spesifik. Protei ini mudah dipisahkan dari membran plasma. Protein periferal bersifat hodrofilik karena kandungan residu asam amoni hidrofilik penyusunnya dan gugusan hidroksil polisakarid pendek glikoprotein penyusunnya.
Karbohidrat membran plasma mengandung 2-10 % karbohidrat. Karbohidrat atau gua pada mebran sel ini adalah residu penyusun glikoprotein dan glikolipid.
2.2.     SEL EUKARIOTIK
Sel eukariotik merupakan sel yang memliki sistem endomembran. Sel tipe ini secara struktural memliki sejumlah organel pada sitoplasmanya. Organel ini memiliki fungsi yang khas yang berkaitan satu dengan lainnya, dan berperan penting untuk menyokong fungsi sel. Organisme yang memiliki tipe sel ini antara lain hewan, tumbuhan, dan jamur baik multi seluler maupun uniseluler.
2.2.1.      FLAGELLA, DINDING SEL, DAN GLIKOKALIKS
Flagela terdiri dari struktur yang berbeda. Pada bakteri, flagela terbuat dari protein flagellin. Pada eukariota, flagela terdiri dari mikrotubulus dikelilingi oleh membran plasma. Gerakan flagela eukariotik membutuhkan adenosin trifosfat (ATP). Prokariota menggunakan energi dari gaya gerak proton, yang merupakan gradien ion yang terletak pada membran sel. Sebuah flagelum (flagela adalah bentuk jamak) adalah struktur seperti cambuk yang melekat pada dinding sel. Fungsi utama dari flagela adalah untuk membantu bergerak sel. Sperma laki-laki, misalnya, bergerak melalui organ reproduksi wanita karena gerakan flagella mereka.
Tipe sel eukariotik pada tumbuhan sedikit berbeda dengan pada hewan. Pada sel hewan, pada bagian luar sel tidak ditemukan adanya dinding sel, sebaliknya pada tumbuhan dan jamur ditemukan adanya dinding sel. Walaupun demikian dinding sel tumbuhan dan sel jamur secara kimiawi berbeda penyusunnya. Pada jamur didominasi oleh chitin sedangkan pada tumbuhan selulosa.
Pada kebanyakan sel hewan, bisa terdapat sebuah lapisan karbohidrat di luar membran plasma, tetapi bukan merupakan sebuah pembungkus terpisah. Lapisan itu disebut glikokaliks dan berasosiasi dengan sangat rapat dengan membran. Glikokaliks umumnya berupa rantai pendek karbohidrat, tetapi terikat kovalen dengan lipid atau protein membran dan menghasilkan pelapis tipis serupa bulu pada sel. Glikokaliks mengandung reseptor-reseptor bagi berbagai jenis zat yang mengkin berinteraksi dengan sel.
2.2.2.      MEMBRAN SITOPLASMA
Membran plasma juga disebut sebagai membran sel karena bekerja sebagai penghalang antara permukaan dalam dan luar sel. Membran plasma dapat didefinisikan sebagai membran biologis atau membran luar sel, yang terdiri dari dua lapisan fosfolipid dan tertanam dengan protein. Ini adalah lapisan membran semi permeabel tipis, yang mengelilingi sitoplasma dan pendukung lain dari sel.
2.2.3.      ORGANELA
1.      Nukleus
Nukleus merupakan organel terbesar yang berada dalam sel dengan diameter sekitar 10 µm. Nukleus berfungsi sebagai pengatur pembelahan sel, pengendali seluruh kegiatan sel, dan pembawa informasi genetik.

2.      Mitokondria
Mitokondria adalah organel yang memiliki dua jenis  membran yaitu membran luar dan membran dalam. Kedua membran ini bersifat kuat, fleksibel, stabil, dan tersusun dari lipoprotein. Membran dalam yang berlekuk-lekuk disebut krista yang berfungsi untuk memperluas bidang permukaan agar proses penyerapan oksigen dan pembentukan energi lebih efektif. Fungsi mitokondria ini adalah tempat respirasi aerob.
3.      Kompleks golgi
Badan golgi berupa tumpukan kantung-kantung pipih, berfungsi sebagai  tempat sintesis dari sekret (seperti getah pencernaan, banyak ditemukan pada sel kelenjar), membentuk protein dan asam inti (DNA/RNA), serta membentuk dinding dan membran sel.
4.      Retikulum Endoplasma
Retikulum Endoplasma (RE) berupa saluran-saluran yang dibentuk oleh membran  RE. Terdapat dua macam RE, yaitu RE halus dan RE kasar. RE kasar adalah RE yang ditempeli ribosom, berfungsi sebagai tempat sintesis protein. Sedangkan RE halus adalah RE yang tidak ditempeli ribosom, berfungsi sebagai tempat sintesis lipid.
5.      Ribosom
Struktur ini berbentuk bulat terdiri dari dua partikel besar dan kecil, ada yang melekat sepanjang R.E. dan ada pula yang soliter. Ribosom merupakan organ sel terkecil yang tersuspensi di dalam sel dan struktur ini hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron. Fungsi ribosom adalah sebagai tempat sintesis protein.
6.      Lisosom
Lisosom berasal dari kata lyso = pencernaan dan soma = tubuh. Organel ini adalah membran yang berbentuk kantong kecil berisi enzim hidrolitik (hidrolase) disebut lisozim, yang berfungsi untuk pencernaan intra sel (mencerna zat yang masuk ke dalam sel).
7.      Sentriol
Sentriol merupakan organel yang dapat dilihat ketika sel mengadakan pembelahan. Pada fase tertentu dalam daur hidupnya sentriol memiliki silia atau flagela. Sentriol hanya dijumpai pada sel hewan, sedangkan pada sel tumbuhan tidak. Sentriol berjumlah sepasang, terletak saling tegak lurus antar sesamanya di dekat nukleus. Pada saat pembelahan mitosis, sentriol terbagi menjadi dua, masing-masing menuju ke kutub sel yang berbeda. Kemudian terbentuklah benang-benang spindel yang menghubungkan kedua kutub tersebut. Benang spindel berfungsi menarik kromosom menuju ke kutub masing-masing.
8.      Badan Mikro
Disebut badan mikro karena ukurannya kecil, hanya bergaris tengah 0,3-1,5 mikrometer. Badan mikro terdiri atas peroksisom dan glioksisom.
9.      Mikrotubulus dan Mikrofilamen
Mikrotubulus dan mikrofilamen menyusun struktur rangka sel yang disebut sitoskeleton. Pada organisme multiseluler, sitoskeleton disusun oleh mikrotubulus, mikrofilamen, dan filamen intermediet. Mikrotubulus merupakan organel berbentuk tabung atau pipa, yang panjangnya mencapai 2,5 mikrometer dan diameter 25 nm. Tabung-tabung kecil itu tersusun atas protein yang dikenal sebagi tubulin. Fungsi mikrotubulus adalah berperan dalam pergerakan sel. Mikrofilamen juga berperan dalam pergerakan sel. Organel ini berbentuk benang-benang halus, tipis, dan memanjang. Mikrofilamen tersusun atas dua macam protein, yaitu aktin dan miosin. Mikrofilamen banyak terdapat pada sel-sel otot. Diameter mikrofilamen hanya 5 nm. Pada sel otot, mikrofilamen mengakibatkan adanya kontraksi pada sel-sel otot. Apabila aktin dan miosin saling menjauh, sel otot akan relaksasi.



BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Jadi kesimpulan dari pembahasan diatas adalah sel prokariotik secara stuktural lebih sederhana, dan ditemukan hanya pada organisme bersel satu atau berkoloni, yaitu bakteri dan archaea. Sel eukariotik merupakan sel yang memliki sistem endomembran. Bentuk bakteri ada beraneka ragam, ada yang berbentuk bola atau peluru (kokus), seperti batang (bacillus), bengkok seperti koma/sekrup (vibrio) dan spiral (heliks). Struktur eksternal sel bakteri meliputi glikokaliks, flagela, filamen aksial, fimbria dan pili. Struktur dalam sel bakteri meliputi sitoplasma, nukleotid, ribosom, benda inkusi, granula metakromatik, granula sianotisin, granula sulfur, inkus lipid, karboksisom, endospora, magnetosom, karboksisom.



DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman, dkk. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Brookks, Geo.F, dkk. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika.
Budi Lestari, Purwaning, dan Wahyu Hartati, Trias. 2017. Mikrobiologi Berbasis Inkuiry. Malang: Penerbit Gunung Samudra.
Campbell, Neil A. Reece dkk. 2002. Biologi jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Dwidjoseputro, D. 1978. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Ferdinand, P Fictor. 2007. Biologi. Jakarta: Grafindo.
Fried, George H. 2005. Schaum’s outline. Jakarta: Erlangga.
Karmana, Oman, & Nurdiansyah, Andri. 2008. Biologi. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Lay,W.B. 1994. Analisa Mikroba di Laboratorium. Edisi I. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Lestari, Purwaning Budi. 2017. Mikrobiologi Berbasis Inkuiry. Penerbit: Gunung Samudra.
Perry, J.J, Staley,J.T, and Lory,S. 2002. Microbial Life. Sinauer Ass. Publ.Sunderland.
Pratiwi, Sylvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.
Saefudin. 2010. Biologi Sel. Bandung: UPI.
Sri Harti, Agnes. 2012. Mikrobiologi Kesehatan: Peran Mikrobiologi dalam Bidang Kesehatan. Penerbit Andi: STIKES Kusuma Husada.
Volk , Wesley A. dan Margaret F. Wheeler. 1988. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Comments

Popular posts from this blog

NASKAH BIANTARA - NGAMUMULE BUDAYA SUNDA

LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KECAMBAH KACANG HIJAU TERHADAP CAHAYA