SOLUTIONES (LARUTAN)


Tugas Individu Ilmu Resep Dasar
SOLUTIONES (LARUTAN)
Disusun oleh: Hilman Taofik Hidayah
·         Definisi dan Karakteristik Sediaan Larutan
Larutan didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaanya, tidak dimasukkan kedalam golongan produk lainnya. Larutan ialah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, sedangkan pelarut digunakan air suling kecuali dinyatakan lain. Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sebagian kecil solute reatif terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam dimana solute terlarut (Howard C. Ansel, 2008; Moh. Anief, 2015; Baroroh, 2004).
Menurut FI IV, solutiones atau larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlalut. Larutan terjadi jika sebuah bahan padat tercampur atau terlarut secara kimia maupun fisika ke dalam bahan cair. Larutan dapat digolongkan menjadi larutan langsung dan larutan tidak langsung. Larutan langsung adalah larutan yang terjadi karena semata mata peristiwa fisika, bukan peristiwa kimia. Misalnya, NaCl dilarutkan kedalam air atau KBr dilarutkan kedalam air, jika pelarutnya (air) diuapkan, maka NaCl atau KBr akan diperoleh kembali. Larutan tidak langsung adalah larutan yang terjadi semata mata karena peristiwa kimia, bukan peristiwa fisika. Misalnya jika Zn ditambahkan H2SO4 maka akan terjadi reaksi kimia menjadi larutan ZnSO4 yang tidak dapat kembali Zn dan H2SO4 (Ditjen POM, 1995; Syamsuni, 2013).
Suatu larutan dapat pula digolongkan menjadi larutan mikromolekuler, miseler, dan Makromolekuler. Larutan mikromolekuler adalah suatu larutan yang secara keseluruhan mengandung mikrounit  yang terdiri dari molekul atau ion, seperti alkohol, gliserin , ion natrium, dan ion klorida dengan 1-10Å. Larutan miseler adalah suatu larutan yang mengandung bahan padat terlarut berupa agregat (misel) baik dalam bentuk molekul atau ion. Jadi, larutan miseler dapat dianggap sebagai larutan perserikatan koloid. Larutan makromolekuler adalah larutan yang mengandung bahan padat terlarut berupa larutan mikromolekuler, tetapi ukuran molekulnya yang lebih besar dari mikromolekuler; misalnya larutan PGA, larutan CMC, Larutan albumin, dan larutan polivinil pirolidon (Syamsuni, 2013).
Jika suatu zat A dilarutkan ke dalam air atau pelarut lain akan terjadi bermacam-macam tipe larutan yang sebagai berikut.
1.      Larutan encer, yaitu jumlah zat A yang terlarut kecil.
2.      Larutan pekat, yaitu larutan yang mengandung fraksi zat A yang lebih besar.
3.      Larutan jenuh (saturated), adalah larutan yang mengandung sejumlah maksimum zat
A yang dapat larut dalam air pada suhu dan tekanan tertentu.
4.      Larutan lewat jenuh (supersaturated), adalah larutan yang mengandung sejumlah zat
A yang terlarut melebihi batas maksimum kelarutannya di dalam air pada suhu dan
tekanan tertentu (FI IV: semua pengukuran dilakukan pada suhu 25°C) (Ditjen POM, 1995; Syamsuni, 2013).
Menurut FI IV, bentuk sediaan larutan dapat digolongkan menurut cara
pemberiannya, yaitu larutan oral dan larutan topikal, atau digolongkan berdasarkan sistem pelarut dan zat terlarut seperti spirit, tingtur, dan air aromatik.
Penggolongan menurut cara pemberiannya:
1.      Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven-air.
a.       Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi (sirop simplex adalah sirop yang hamper jenuh dengan sukrosa). Larutan oral yang tidak mengandung gula tetapi bahan pemanis buatan seperti sorbitol atau aspartam, dan bahan pengental, seperti gom selulosa, sering digunakan untuk penderita diabetes.
b.      Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol (95%) sebagai kosolven (pelarut). Untuk mengurangi kadar etanol yang dibutuhkan untuk pelarut, dapat ditambahkan kosolven lain seperti gliserin dan propilen glikol.
2.      Larutan topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air, tetapi sering kali mengandung pelarut lain seperti etanol dan poliol untuk penggunaan pada kulit, atau dalam larutan lidokain oral topikal.
a.       Lotio (larutan atau suspensi) yang digunakan secara topikal.
b.      Larutan otik adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan bahan pendispersi. Penggunaan telinga luar, misalnya larutan otik benzokain dan antipirin, larutan otik neomisin B sulfat, dan larutan otik hidrokortison (Syamsuni, A. 2013).

Penggolongan berdasarkan sistem pelarut dan zat terlarut:
1.      Spirit adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat mudah menguap umumnya digunakan sebagai bahan pengaroma.
2.      Tingtur adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol yang dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia.
3.      Air aromatik adalah larutan jernih dan jenuh dalam air, dari minyak, mudah menguap atau senyawa aromatik, atau bahan mudah menguap lainnya. Pelarut yang biasa digunakan:
a.       Air untuk melarutka garam – garam
b.      Spiritus untuk melarutkan kamfer, iodin, mentol
c.       Eter untuk melarutkan kamfer, fosfor sublimat
d.      Gliserin untuk melarutkan tannin, zat samak, boraks, fenol
e.       Minyak untuk melarutkan kamfer
f.       Paraffin liquidum untuk melarutkan cera dan cetasium
g.      Kloroform untuk melarutkan minyak – minyak, lemak (Syamsuni, A. 2013)

Karakteristik Sediaan Larutan:
1. Zat terlarut pasti larut sempurna dalam pelarutnya
2. Zatnya stabil, baik pada suhu kamar dan pada penyimpanan
3. Jernih
4. Tidak ada endapan                                    
5. Komponen berupa cairan, padatan, atau gas
6. Pelarut berupa cairan
7. Zat terlarut harus dapat larut dalam pelarutnya (Ditjen POM, 1995)


·         Macam Sediaan Larutan
Macam-macam sediaan larutan obat digolongkan menurut tujuan pemakaiannya adalah sebagai berikut (Syamsuni, A. 2013).
1.      Larutan untuk mata
a.       Collyrium (obat cuci mata)
Collyrium adalah sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zat asing, isotonus, digunakan untuk membersihkan mata. Dapat ditambahkan zat dapar dan zat pengawet. Collyrium dibuat dengan melarutkan obat dalam air, saring hingga jernih, masukkan kedalam wadah, tutup dan sterilkan penyimpanan dalam wadah kaca atau plastik dengan tutup kedap.  Kolirium yang tidak mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan paling lama 24 jam setelah botol telah dibuka tutupnya, kolirium yang mengandung pengawet dapat digunakan paling lama tujuh hari setelah botol dibuka tutupnya.
b.      Guttae Ophthalmicae (obat tetes mata)
Obat tetes mata adalah larutan steril bebas partikel asing berupa sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata. Tetes mata juga tersedia dalam bentuk suspensi , partikel halus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea.
2.      Larutan untuk telinga
a.       Solutio Otic / Guttae Auriculares
Larutan otik adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan bahan pendispersi, untuk penggunaan telinga luar : misalnya larutan otik benzokain dan antipirin, larutan otik neomisin B sulfat, dan larutan otik hidrokortison.
Larutan yang dipakai ke dalam telinga ini biasanya mengandung antibiotic, sulfonamida, anestetik local, peroksida (H2O2), fungisida, asam borat, NaCl, gliserin dan propilen glikol. Gliserin dan propilen glikol sering dipakai sebagai pelarut, karena dapat melekat dengan baik pada bagian dalam telinga sehingga obat lebih lama kontak dengan jaringan telinga, sedangkan alkohol dan minyak nabati hanya kadang – kadang dipakai.
pH optimum untuk cairan berair yang digunakan dalam  obat tetes telinga haruslah dalam suasana asam (pH 5 - 7,3), dan pH inilah yang sering menentukan khasiatnya. Larutan basa umumnya tidak dikehendaki, karena tidak fisiologis dan mempermudah timbulnya radang. Jika pH larutan telinga berubah dari asaam menjadi basa, bakteri dan fungi akan tumbuh dengan baik, hal ini tentunya tidak dikehendaki.
3.      Larutan untuk hidung
a.       Collunarium (obat cuci hidung)
Collunarium adalah larutan yang digunakan untuk obat cuci hidung. Biasanya berupa larutan dalam air yang ditujukan untuk membersihkan rongga hidung. Oleh karena itu, hendaknya diperhatikan pH dan isotonisitasnya karena dapat menimbulkan rasa pedih pada mukosa hidung.
b.      Guttae nasales/Nose drops (obat tetes hidung)
Guttae nasales/Nose drops (obat tetes hidung) adalah obat tetes yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar, dan pengawet. Cairan pembawa umumnya menggunakan air. Cairan pembawa sebaiknya mempunyai pH 5,5 – 7,5, kapasitas dapar sedang, isotonis atau hampir isotonis. Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan pembawa karena dapat menimbulkan pneumonia.
Zat pensuspensi yang umumnya digunakan adalah sorbitan, polisorbat, atau surfaktan lain yang cocok, dengan kadar tidak boleh lebih dari 0,01% b/v.Zat pendapar yang dapat digunakan adalah pendapar yang cocok dengan pH 6,5 dan dibuat isotonis menggunakan NaCl secukupnya. Zat pengawet yang dapat digunakan adalah benzalkolidum klorida 0,01–0,1% b/v. Penyimpanan : kecuali dinyatakan lain, disimpan dalam wadah tertutup rapat.
c.       Nebula/Inhalationes/Nose spray (obat semprot hidung)
Inhalations adalah sediaan yang dimaksudkan untuk disedot melalui hidung atau muulut, atau disemprotkan (nose spray) dalam bentuk kabut ke dalam saluran pernapasan. Tetean atau butiran kabut harus seragam dan sangat halus sehingga dapaat mencapai bronkioli.
Inhalasi juga meliputi sediaan mengandung obat yang mudah menguap atau serbuk sangat halus atau kabut yang digunakan memakai alat mekanik.Penandaan: jika mengandung bahan yang tidak larut, pada etiket juga  harus tertera “KOCOK DAHULU”.
4.      Larutan untuk mulut
a.       Collutorium (obat cuci mulut)
Collutorium adalah larutaan pekat dalam air yang mengandung deodorant, antiseptic, anestetik lokal, dan adstringensia yang digunakan untuk obat cuci mulut. karena digunakan untuk obat cuci mulut. Karena digunakan untuk cuci mulut, sediaan in harus dapat menghilangkan sisa – sisa makanan dan lain – lain dari mulut (sela – sela gigi). Sebaiknya dipakai larutan  yang bereaksi basa karena mempunyai kekuatan untuk melarutkan dan membuang mukus, lendir, atau dahak dan saliva (air liur). Larutan yang terlampau basa akan merusak selaput lendir  pada mulut dan kerongkongan, begitu juga jika terlalu asam akan berpengaruh pada gigi.
Umumnya larutan yang dipakai pada atau lewat mulut mempunyi pH 7 – 9,5. Disimpan dalam botol putih bermulut kecil. Penandaan pada etiket obat cuci mulut harus tertera: Cara pengencerannya, jika collutorium harus diracik terlebih dahulu sebelum digunakan dan Tanda yang jelas yaitu “Untuk obat cuci mulut, tidak boleh ditelan”.
b.      Gargarisma/gargle (obat kumur)
Gargarisma/gargle (obat kumur) adalah sediaan berupa larutan, umumnya dalaam larutan pekat yang harus diencerkan lebih dahulu sebelum digunakan, dimaksudkan untuk digunakan sebagai pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan atau jalan nafas.
Tujuan utama obat kumur adalah agar obat yang terkandung di dalamnya dapat langsung terkena selaput lendir sepanjang tenggorokan, dan tidak dimaksudkan agar obat itu menjadi pelindung sselaput lendir. Karena itu, obat berupa minyaak yang memerlukan zat pensuspensi dan obat yang bersifat lendir tidak sesuai dijadikan obat kumur. Penyimpanan: Dalam wadah botol berwarna susu atau wadah lain yang cocok. Penandaan pada etiket harus tertera: Petunjuk pengencerannya, sebelum digunakan dan Tanda yang jelas yaitu “Hanya untuk kumur, tidak ditelan”.


c.       Litus oris (obat oles bibir)
Litus oris atau obat oles bibir adalah cairan agak kental yang pemakaiannya disapukan pada mulut. contoh sediaan litus oris adalah larutan 10% borax dalam gliserin.

d.      Guttae oris (obat tetes mulut)
Guttae oris atau obat tetes mulut adalah obat tetes yang digunakan untuk mulut dengan cara mengencerkan lebih dahulu dengan air untuk dikumur – kumurkan, tidak untuk ditelan.
5.      Larutan Parenteral
Sediaan  parenteral  bisa  didefinisikan  sebagai  obat  steril,  larutan,  atau suspensi  yang  dikemas  dengan  cara  yang  sesuai  untuk  pemberian  melalui suntikan  hiperdermis,  baik  dalam  bentuk  siap  pakai  maupun  bentuk  yang perlu  ditambahkan  pelarut  yang  sesuai  atau  agen  pensuspensi.
6.      Larutan untuk Anus (Rektal)
a.       Lavement/Clysma/Enema
Lavement/Clysma/Enema  merupakan sediaan obat berupa larutan ataupun gel yang dimasukkan kedalam rektum dan colon, untuk merangsang pengeluaran kotoran (feses) memberikan efek terapi lokal atau sistemik.
7.      Larutan untuk Vagina
a.       Douche
Douche adalah  larutan  dalam  air  yang  dimaksudkan  dengan  suatu  alat  ke dalam  vagina,  baik untuk  pengobatan  maupun  untuk  membersihkan.  Karena  larutan  ini  mengandung bahan  obat  atau  antiseptik. Contoh : Betadin  Vagina  Douche.
8.      Larutan oral
a.       Potiones (obat minum)
Potiones atau obat minum adalah larutan yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam (per oral). Selain berbentuk larutan, potio dapat juga berbentuk emulsi atau suspense. Misalnys potio alba contra tussim (obat batuk putih/OBP) dan potio nigra contra tussim (obat batuk hitam/OBH).
b.      Eliksir
Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol 90% yang berfungsi sebagai kosolven (pelarut) dan untuk mempertinggi kelarutan obat. Kadar etanol berkisar antara 3% dan 4%, dan biasanya eliksir mengandung etanol 5-10%. Untuk mengurangi kadar etanol yang dibutuhkan untuk pelarut, dapat ditambahkan kosolven lain seperti gliserin, sorbitol dan propilen glikol. Bahan tambahan yang digunakan antara lain pemanis, pangawet, pewarna, dan pewangi, sehingga memiliki bau dan rasa yang sedap. Sebagai pengganti gula dapat digunakan sirup gula.
c.       Sirop
Sirop adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi (sirop simpleks adalah sirop yang hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirop adalah 64-66%, kecuali dinyatakan lain. Selain sukrosa dan gula lain, pada larutan oral ini dapat ditambahkan senyawa poliol seperti sorbitol dan gliserin untuk menghambat penghabluran dan mengubah kelarutan, rasaa dan sifaat lain zat pembawa. Umumnya juga ditambahkan zat antimikroba untuk mencegah pertumbuhan bakteri, jamur, dan ragi.


Ada 3 macam sirop:
1)      Sirop simpleks: mengandung 65% gula dalam larutan nipagin 0,25% b/v.
2)      Sirop obat: mengandung satu jenis obaat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan dan digunakan untuk pengobatan.
3)      Sirop pewangi: tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau zat penyedap lain. Tujuan pengembangan sirop ini adalah untuk menutupi rasa tidak enak dan baau obat yang tidak enak.
d.      Netralisasi
Netralisasi adalah obat minum yang dibuat dengan mencampurkan bagian asam dan bagian basa sampai reaksi selesai dan larutan bersifat netral. Contoh : solution citratis magnesici, amygdalat ammonicus. Pembuatan: seluruh bagian asam direaksikan dengan bagian basanya, jika perlu reaksi dipercepat dengan pemanasan.
e.       Saturatio
Saturatio adalah obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam dengan basa tetapi gas yang terbentuk ditahan dalam wadah sehingga larutan menjadi jenuh dengan gas.
f.       Potio Effervescent
Potio Effervescent adalah  saturatio dengan gas CO2 yang lewat jenuh. Gas CO2 umumnya digunakan untuk pengobatan, menjaga stabilitas obat, dan kadang – kadang dimaksudkan untuk menyegarkan rasa minuman (Corrigensia).
g.      Guttae
Guttae atau obat tetes adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspense yang jika tidak dinyatakan lain, dimaksudkan untuk obat dalam. Digunakan dengan cara meneteskan larutan tersebut dengan menggunakan penates yang menghasilkan tetesan yang setaara dengan tetesan yang dihasilkaan penates baku yang disebutkan dalam farmakope Indonesia (47,5-52,5mg air suling pada suhu 20°C). biasanya obat diteteskan ke dalam makanan atau minuman atau dapat langsung diteteskan ke dalam mulut. dalam perdagangan dikenal sediaan pediatric drop yaitu obat tetes yang digunakan untuk anak – anak atau bayi. Obat tetes yang digunakan untuk obat luar, biasanya disebutkan tujuan pemakaiannya, misalnya eye drop untuk mata, ear drop untuk telinga, dan lain – lain.
9.      Larutan topical
a.       Ephitema (obat kompres)
Ephitema atau obat kompres adalah cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada tempat yang sakit dan panas karena radang atau sifat perbedaan tekanan osmosis yang digunakan untuk mengeringkan luka bernanah. Contoh: Liquor Burowi, Solutio Rivanol, campuran Boorwater dan Rivanol.
b.      Lotio
Lotio atau obat gosok adalah sediaan cair berupa suspense atau disperse, digunakan sebagai obat luar. Dapat berbentuk suspense bahan padat dalam bentuk halus dengan bahn pensuspensi yang cocok atau tipe emulsi minyak dalam air (M/A) dengan surfaktan yang cocok. Pada penyimpanan mungkin terjadi pemisahan. Dapat ditambahkan zat warna, zat pengawet, dan zat pewangi yang cocok. Penandaan haarus tertera “Obat luar” dan “KOCOK DAHULU”.


·         Formula Sediaan Larutan
CALAMINI LOTIO
Losio Kalamin
Komposisi:      Tiap 100ml mengandung:
                         Calaminum                                         8          g
                         Zincoxydum                                       8          g
                         Glycerolum                                        2          ml
                         Bentonitum Magma                           25        ml
                         Calciii Hydroxydi Solutio hingga      100      ml
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.
Dosis: Bentonitum magma dibuat dengan melarutkan 5g Bentonit dalam air secukupnya hingga 100g.
(Formula diambil dari Formularium Nasional edisi kedua 1978)
·         Cara Pembuatan Sediaan Larutan
1.      Zat – zat yang mudah larut, dilarutkan dalam botol.
2.      Zat – zat yang agak sukar larut, dilarutkan dengan pemanasan.
3.      Masukkan zat padat yang akan dilarutkan dalam Erlenmeyer, setelah itu masukkan zat pelarutnya, dipanasi diatas tangas air atau api bebas dengan digoyang – goyangkan sampai larut. Zat padat yang hendak dilarutkan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dulu, mencegah jangan sampaai ada yang lengket pada Erlenmeyer. Pemanasan dilakukan dengan api bebas sambil digoyang – goyang untuk menjaga pemanasan kelewat setempat.
4.      Untuk zat yang akan terbentuk hidrat , maka air dimasukkan dulu dalam erlenmeyer agar tidak terbentuk senyawa hidrat yang lebih lambat larutnya.
5.      Untuk zat yang meleleh dalam air panas dan merupakan tetes besar dalam dasar erlenmeyer atau botol maka perlu dalam melarutkan digoyang – goyangkan atau dikocok untuk mempercepat larutnya zat tersebut.
6.      Zat – zat yang mudh terurai pada pemanasan tidak boleh dilarutkan dengan pemanasan atau dilarutkan secar dingin.
7.      Zat – zat yang mudah menguap dipanasi, dilarutkan dalam botol tertutup dan dinaskan serendah – rendahnya sambil digoyang – goyangkan.
8.      Obat – obat keras harus dilarutkan tersendiri, untuk meyakini apakah sudah larut semua. Dapat dilakukan dalam tabung reaksi lalu dibilas.
9.      Perlu diperhatikan bahwa pemanasan hanya diperlukan untuk mempercepat larutnya suatu zat, tidak untuk menambah kelarutan sebab bila keadaan dingin maka akan terjadi endapan (Moh. Anief, 2015).

·         Wadah, Etiket, dan Label
1.      Wadah
Wadah yang biasa digunakan yaitu botol, gelas, dll. Berbagai macam sediaan larutan memiliki wadah yang berbeda-beda tergantung dari sifat fisika kimia zat yang terkandung, misalnya diperlukan wadah tertutup rapat, tahan cahaya untuk menjaga terhadap temperatur berlebihan, wadah yang steril, dll.
-          Semua larutan, terutama yang mengandung pelarut mudah menguap, harus digunakan wadah tertutup rapat.
-          Bila mengandung senyawa yang tidak stabil atau mudah terdegradasi secara  fotokimia, wadah harus tahan cahaya.
-          Botol bermulut kecil.
-          Berwarna atau tidak berwarna.
-          Penutup yang rapat, beri kap sebagai segel.
Untuk sediaan potio efervescent:
    -  Botol bulat / botol limun
    -  Volume > 20 % dari sediaan
    -  Tutup diikat dengan simpul sampanye (Champagne Knoop)

2.      Etiket
Etiket yang digunakan untuk sediaan larutan yaitu etiket berwarna putih untuk obat dalam misalnya potio dan etiket berwarna biru untuk obat luar misalnya lotio.

3.      Label
-          Mengandung obat keras à label ‘NI
TIDAK BOLEH DIULANG
Tanpa Resep Baru Dari Dokter
 




-         
KOCOK DAHULU
Mengandung minyak atsiri dan sirup dalam jumlah besar à label ‘Kocok Dahulu’



REFERENSI
Anief, Moh. 2015. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Anonim. 1978. Formularium Nasional, Edisi Kedua. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta
Ansel, C. Howard. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Erlangga: Jakarta.
Baroroh, Umi L. U. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Universitas Lambung Mangkurat: Banjarbaru.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.  Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta
Syamsuni, A. 2013.  Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta.

Comments

Popular posts from this blog

NASKAH BIANTARA - NGAMUMULE BUDAYA SUNDA

LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KECAMBAH KACANG HIJAU TERHADAP CAHAYA