MAKALAH DAN PPT - ANTIBIOTIK


UNTUK PPT, BISA DIDOWNLOAD DISINI.
MAKALAH:

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Antibiotik merupakan obat yang penting digunakan dalam pengobatan infeksi akibatbakteri. Antibiotik dan obat-obat sejenisnya yang disebut agen antimikrobial, sejak tahun 1940 telah dikenal dapat menurunkan angka penyakit dan kematian akibat penyakit infeksi. Penggunaan antibiotik yang rasional, merujuk pada ketepatan dosis, pemilihan antibiotik, dan bentuk sediaan yang seharusnya diberikan kepada pasien.
Arti antibiotik sendiri pada awalnya merujuk pada senyawa yang dihasilkan oleh jamur atau mikroorganisme yang dapat membunuh bakteri penyebab penyakit pada hewan dan manusia. Saat ini beberapa jenis antibiotika merupakan senyawa sintetis ( tidak dihasilkan dari mikroorganisme) tetapi juga dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Secara teknis, zat yang dapat membunuh bakteri baik berupa senyawa sintetis, atau alami disebut dengan zat anti mikroba, akan tetapi banyak orang menyebutnya dengan antibiotika. Meskipun antibiotik mempunyai manfaat yang sangat banyak, penggunaan antibiotika secara berlebihan juga dapat memicu terjadinya resistensi antibiotika.
Indikasi penggunaan antibiotik ada tiga, yaitu sebagai terapi definitif, terapi empiris, dan terapi profilaksis. Antibiotik sebagai terapi/pengobatan definitif digunakan untuk menghentikan adanya infeksi bakteri. Antibiotik sebagai terapi empiris, yaitu digunakan untuk kasus-kasus yang kritis, dimana waktu tidak memadahi untuk menunggu identifikasi dan isolasi bakteri. Sedangkan, antibiotik sebagai terapi profilaksis dikarenakan penggunaannya yang bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi spesifik yang dapat terjadi akibat efek dari suatu tindakan invasif. Penggunaan antibiotik memiliki banyak keuntungan jika digunakan dengan benar dan tepat.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketepatan penggunaan antibiotik pada masyarakat, seperti tingkat pendidikan dari masyarakat, penjelasan oleh dokter, serta anggapan-anggapan lain yang menimbulkan adanya kesalahan saat mengonsumsi antibiotik.
Kesadaran akan pengaruh penyalahgunaan antibiotik kini semakin mendesak. Penyakit menjadi semakin sulit disembuhkan dan bakteri penyebab penyakit semakin kebal terhadap obat, hal ini dapat meningkatkan angka kematian.
Stigma antibiotik sebagai obat yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit masih dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Padahal antibiotik diciptakan bukan untuk semua jenis penyakit.
“Antibiotik sebenarnya dibuat untuk mencegah dan mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri,” kata Dewi Indriani, perwakilan badan kesehatan dunia (WHO) saat membuka World Antibiotic Awareness Week pertama kalinya di Indonesia di Mega Kuningan, (13/11).
Acara ini diselenggarakan oleh WHO untuk meningkatkan kesadaran publik atas penggunaan antibiotik yang selama ini kerap digunakan.
Dalam ilmu medis, penyebab penyakit paling sering disebabkan oleh bakteri dan virus. Bakteri dikelompokkan sebagai makhluk hidup karena dapat berkembang biak, sedangkan virus tidak, karena tidak mampu bertahan hidup tanpa inang.
Permasalahannya, tidak semua jenis bakteri menyebabkan penyakit. Dari triliunan bakteri yang ada di dunia, hanya sedikit di antaranya berbahaya bagi kesehatan.
“Angka resistensi atau kekebalan bakteri terhadap antibiotik ini terjadi bukan hanya di Indonesia, tetapi di dunia,” kata Anis Karuniawati sekertaris Program Pengendalian Resistensi Mikroba Kemeterian Kesehatan RI.
Pada tahun 1928, antibiotik pertama kali dibuat oleh Alexander Flemming dalam bentuk Penisilin. Penisilin kala itu dibuat untuk membunuh bakteri penyebab pneumonia, meningitis, demam tifoid, dan penyakit lainnya yang mewabah kala itu. Penisilin dibuat secara massal sekitar 1940an, namun beberapa tahun kemudian terdapat bakteri yang ditemukan kebal atas penisilin.
Secara umum, dalam sebuah populasi bakteri yang menyebabkan penyakit, hanya terdapat beberapa bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Namun, bila menggunakan antibiotik yang tidak secara spesifik ataupun salah penggunaan, antibiotik hanya akan membunuh bakteri yang sensitif dan membiarkan bakteri yang resisten bertahan hidup hingga dapat berkembang biak.
Apabila populasi bakteri yang resisten terlanjur menjadi banyak, maka penggunaan antibiotik menjadi sia-sia. Bahkan tubuh bisa mengalami ketergantungan.
Berdasarkan survei yang dilakukan WHO pada 2005, sebesar 50 persen resep di berbagai fasilitas kesehatan utama dan rumah sakit di Indonesia mengandung antibiotik.
Survey Nasional Kementerian Kesahatan pada 2009 menyatakan bahwa antibiotik banyak diresep untuk penyakit yang disebabkan virus, seperti diare. Sedangkan 2013 lalu terungkap melalui Riset Kesehatan Dasar Indonesia bahwa 86,1 persen masyarakat menyimpan antibiotik tanpa resep di rumah.
“Pasien harus sadar bahwa antibiotik tidak dibuat untuk menyembuhkan semua penyakit. Jangan menggunakan antibiotik untuk penyakit dari virus seperti flu, batuk, pilek, muntah, dan diare tanpa darah,” kata Nurul Itqiyah Hariadi dari Medical Education Unit Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya.
“Pasien juga mesti aktif dalam menanyakan dokter tentang diagnosis dan obat yang diberikan. Bila enggan bertanya, pasien juga dapat mencari dari sumber yang terpercaya.” kata Nurul (cnn/IM).
Antibiotik termasuk jenis obat yang cukup sering diresepkan dalam pengobatan modern. Antibiotik adalah zat yang membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Sebelum penemuan antibiotik yang pertama, penisilin, pada tahun 1928, jutaan orang di seluruh dunia tak terselamatkan jiwanya karena infeksi-infeksi yang saat ini mudah diobati. Ketika influenza mewabah pada tahun 1918, diperkirakan 30 juta orang meninggal, lebih banyak daripada yang terbunuh pada Perang Dunia I. Pencarian antibiotik telah dimulai sejak penghujung abad ke 18 seiring dengan meningkatnya pemahaman teori kuman penyakit, suatu teori yang berhubungan dengan bakteri dan mikroba yang menyebabkan penyakit. Saat itu para ilmuwan mulai mencari obat yang dapat membunuh bakteri penyebab sakit. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk menemukan apa yang disebut "peluru ajaib", yaitu obat yang dapat membidik atau menghancurkan mikroba tanpa menimbulkan keracunan.  Permasalahan resistensi bakteri pada penggunaan antibiotika merupakan salah satu masalah yang berkembang di seluruh dunia. WHO dan beberapa organisasi telah mengeluarkan pernyataan mengenai pentingnya mengkaji faktor-faktor yang terkait dengan masalah tersebut, termasuk strategi untuk mengendalikan kejadian resistensi. Berkembangnya Satu bakteri yang resisten antibiotik disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya adalah penggunaan antibiotik yang berlebihan. Hal ini mencakup seringnya antibiotik diresepkan untuk pasien demam biasa atau flu. Meskipun antibiotik tidak efektif melawan virus, banyak pasien berharap mendapatkan resep mengandung antibiotik ketika mengunjungi dokter. Setiap orang dapat membantu mengurangi perkembangan bakteri yang resisten antibiotik dengan cara mengonsumsi antibiotik secara bijak dan sesuai dengan aturan dokter.
Resistensi bakteri juga bisa disebabkan oleh kurangnya jumlah antibiotik yang dikonsumsi, misalnya antibiotik tidak dihabiskan sesuai anjuran dokter dan aturan pakai yang seharusnya tiga kali sehari tapi diminum satu kali sehari. Resistensi antibiotik mengakibatkan biaya kesehatan menjadi lebih tinggi karena penyakit lebih sulit diobati dan dibutuhkan waktu perawatan yang lebih lama serta membawa resiko kematian yang lebih besar. (dr. Dewi).

1.2. Rumusan Masalah
1)      Apa sajakah pengolongan antibiotik?
2)      Bagaimana mekanisme kerja antibiotik dalam tubuh manusia?
3)      Apa efek samping dari penggunaan antibiotik?
4)      Apa indikasi dan kontra indikasi antibiotik?
5)      Apa dampak dari penyalahgunaan antibiotik?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan kami membuat makalah ini adalah:
1.         Untuk mengetahui dan memahami tentang penggolongan obat antibiotik dan turunannya.
2.         Untuk mengetahui tentang efek samping obat antibotik, mekanisme kerja antibiotik, sejarah antibiotik, penggolongan antibiotik, dan mengetahui dampak dari penyalahgunaan dari antibiotik.
3.         Untuk mengetahui pentingnya penggunaan antibiotik secara bijak.



1.4. Manfaat
Adapun Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah :
1.      Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami apa itu antibiotik, dan sejarah antibiotik.
2.       Mahasiswa dapat mengetahui tentang turunan antibiok
3.      Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme kerja antibiotik.
4.      Mahasiswa dapat mengetahui golongan Obat Antibiotika.
5.      Mahasiswa mampu mengatasi dampak penyalahgunaan antibiotik.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat-zat ini, yang dibuat secara semi-sintesis, juga termasuk kelompok ini, begitu pula senyawa sintesis dengan khasiat antibakteri (Tjay & Rahardja, 2007).
Antibiotik adalah zat biokimia yang diproduksi oleh mikroorganisme, yang dalam jumlah kecil dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain (Harmita dan Radji, 2008).
Sejarah penemuan antibiotik pada tahun 1928 oleh Sir Alexander Fleming merupakan sebuah penemuan terbesar dalam dunia medis. Karena adanya Antibiotik, milliaran nyawa bisa diselamatkan. Sebelum antibiotik ditemukan, banyak jenis-jenis infeksi penyakit yang tidak bisa disembuhkan sehingga menyebabkan kematian.
Alexander fleming adalah seorang ilmuan ahli mikrobiologi dari Inggris. Penemuan anti biotik dimulai ketika fleming melakukan penilitian pada bakteri Stephylococcus dan saat meninggalkan labotatoriumnya fleming lupa membersihkan cawan petri yang mengandung bakteri tersebut. sehingga terkontaminasi oleh jamur Penicillium chrysogenum. Saat kembali untuk melanjutkan penelitian flaming melihat perkembangan bakteri menjadi terhambat akibat kontaminasi jamur itu.
Antibiotika adalah segolongan molekul, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap mutan atau transforman. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri molekul.
Antibiotika berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desinfektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup. Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun seperti strychnine, antibiotika dijuluki "peluru ajaib": obat yang membidik penyakit tanpa melukai tuannya. Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya, dan setiap antibiotik sangat beragam keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotika yang membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang spektrumnya lebih luas. Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut.
Antibiotika oral (diberikan lewat mulut) mudah digunakan dan antibiotika intravena (melalui infus) digunakan untuk kasus yang lebih serius. Antibiotika kadang kala dapat digunakan setempat, seperti tetes mata dan salep.
Beragam kebiasaan buruk masyarakat dalam menggunakan antibiotik masih kerap terjadi. Di antaranya membeli dan menggunakan antibiotik tanpa resep dokter, menyimpan dan menggunakan sisa antibiotik yang pernah dipakai, serta memberikan antibiotik kepada keluarga atau rekan untuk mengobati penyakit dengan gejala serupa. "Semua itu termasuk penggunaan antibiotik yang sembarangan. Resikonya bisa menimbulkan resistensi (kekebalan) bakteri terhadap antibiotik,". Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) Kementerian Kesehatan, Hari Paraton, pada Pfizer Press Circle (PPC) yang digelar PT Pfizer Indonesia (Pfizer) di Surabaya, Jawa Timur, Senin (20/2).
Resistensi bakteri amatlah berbahaya. Ketika bakteri menjadi resisten terhadap suatu antibiotik, penyakit yang ditimbulkannya menjadi sangat sulit, bahkan pada sejumlah kasus menjadi tidak bisa diobati. Diperlukan antibiotik jenis lain yang harganya lebih mahal untuk memerangi bakteri resisten tersebut. Bahkan pada sejumlah kasus tidak ada antibiotik yang bisa melawan bakteri resisten itu. "Penggunaan antibiotik yang tidak bijak dan tidak sesuai dengan indikasi, jenis, dosis, dan durasinya, serta kurangnya kepatuhan penggunaan antibiotik merupakan penyebab timbulnya resistensi," kata Hari yang juga dokter spesialis kandungan dan kebidanan. Lebih lanjut ia menerangkan tidak semua penyakit infeksi perlu ditangani dengan memberi antibiotik. Antibiotik hanya digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan infeksi bakteri. "Antibiotik bukan untuk mencegah atau mengatasi penyakit akibat virus, seperti kebanyakan kasus flu dan batuk,".
Resistensi antibiotika mengakibatkan biaya kesehatan menjadi lebih tinggi karena penyakit lebih sulit diobati.butuhkan waktu perawatan yang lebih lama dan membawa re
siko kematian yang lebih besar. (dr. Dewi).



BAB III
PEMBAHASAN
Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat-zat ini, yang dibuat secara semi-sintesis, juga termasuk kelompok ini, begitu pula senyawa sintesis dengan khasiat antibakteri (Tjay & Rahardja, 2007).
Antibiotik adalah zat biokimia yang diproduksi oleh mikroorganisme, yang dalam jumlah kecil dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain (Harmita dan Radji, 2008).

3.1. Penggolongan Antibiotik
Penggolongan antibiotik secara umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan struktur kimia antibiotik (Tjay & Rahardja, 2007)
  • Golongan Beta-Laktam, antara lain golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin). Penisilin adalah suatu agen antibakterial alami yang dihasilkan dari jamur jenis Penicillium chrysognum.
  • Antibiotik golongan aminoglikosida, aminoglikosida dihasilkan oleh jenis-jenis fungi Streptomyces dan Micromonospora. Semua senyawa dan turunan semi-sintesisnya mengandung dua atau tiga gula-amino di dalam molekulnya, yang saling terikat secara glukosidis. Spektrum kerjanya luas dan meliputi terutama banyak bacilli gram-negatif. Obat ini juga aktif terhadap gonococci dan sejumlah kuman gram-positif. Aktifitasnya adalah bakterisid, berdasarkan dayanya untuk menembus dinding bakteri dan mengikat diri pada ribosom di dalam sel. Contohnya streptomisin, gentamisin, amikasin, neomisin, dan paranomisin.
  • Antibiotik golongan tetrasiklin, khasiatnya bersifat bakteriostatis, hanya melalui injeksi intravena dapat dicapai kadar plasma yang bakterisid lemah. Mekanisme kerjanya berdasarkan diganggunya sintesa protein kuman. Spektrum antibakterinya luas dan meliputi banyak cocci gram positif dan gram negatif serta kebanyakan bacilli.
Tidak efektif terhadap Pseudomonas dan Proteus, tetapi aktif terhadap mikroba khusus Chlamydia trachomatis (penyebab penyakit mata trachoma dan penyakit kelamin), dan beberapa protozoa (amuba) lainnya. Contohnya tetrasiklin, doksisiklin, dan monosiklin.
  • Antibiotik golongan makrolida, bekerja bakteriostatis terhadap terutama bakteri gram-positif dan spectrum kerjanya mirip Penisilin-G. Mekanisme kerjanya melalui pengikatan reversibel pada ribosom kuman, sehingga sintesa proteinnya dirintangi. Bila digunakan terlalu lama atau sering dapat menyebabkan resistensi. Absorbinya tidak teratur, agak sering menimbulkan efek samping lambung-usus, dan waktu paruhnya singkat, maka perlu ditakarkan sampai 4x sehari.
  • Antibiotik golongan linkomisin, dihasilkan oleh srteptomyces lincolnensis (AS 1960). Khasiatnya bakteriostatis dengan spektrum kerja lebih sempit daripada makrolida,terutama terhadap kuman gram positif dan anaerob. Berhubung efek sampingnya hebat kini hanya digunakan bila terdapat resistensi terhadap antibiotika lain. Contohnya linkomisin.
  • Antibiotik golongan kuinolon, senyawa-senyawa kuinolon berkhasiat bakterisida pada fase pertumbuhan kuman, berdasarkan inhibisi terhadap enzim DNA-gyrase kuman, sehingga sintesis DNAnya dihindarkan. Golongan ini hanya dapat digunakan pada infeksi saluran kemih (ISK) tanpa komplikasi.
  • Antibiotik golongan kloramfenikol, kloramfenikol mempunyai spektrum luas. Berkhasiat bakteriostatis terhadap hampir semua kuman gram positif dan sejumlah kuman gram negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan perintangan sintesa polipeptida kuman. Contohnya kloramfenikol.
2. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibiotik yang bersifat bakteriostatik dan ada yang bersifat bakterisid (Anonim, 2008). Agen bakteriostatik menghambat pertumbuhan bakteri. Sedangkan agen bakterisida membunuh bakteri. Perbedaan ini biasanya tidak penting secara klinis selama mekanisme pertahanan pejamu terlibat dalam eliminasi akhir patogen bakteri. Pengecualiannya adalah terapi infeksi pada pasien immunocompromised dimana menggunakan agen-agen bakterisida (Neal, 2006).
Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba atau membunuhnya, masing-masing dikenal sebagai kadar hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM). Antibiotik tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisida bila kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi KHM (Anonim, 2008).

3. Berdasarkan mekanisme kerjanya terhadap bakteri, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut (Stringer, 2006) :
  • Inhibitor sintesis dinding sel bakteri memiliki efek bakterisidal dengan cara memecah enzim dinding sel dan menghambat enzim dalam sintesis dinding sel. Contohnya antara lain golongan β-Laktam seperti penisilin, sefalosporin, karbapenem, monobaktam, dan inhibitor sintesis dinding sel lainnya seperti vancomysin, basitrasin, fosfomysin, dan daptomysin.
  • Inhibitor sintesis protein bakteri memiliki efek bakterisidal atau bakteriostatik dengan cara menganggu sintesis protein tanpa mengganggu sel-sel normal dan menghambat tahap-tahap sintesis protein. Obat- obat yang aktivitasnya menginhibitor sintesis protein bakteri seperti aminoglikosida, makrolida, tetrasiklin, streptogamin, klindamisin, oksazolidinon, kloramfenikol.
  • Mengubah permeabilitas membran sel memiliki efek bakteriostatik dan bakteriostatik dengan menghilangkan permeabilitas membran dan oleh karena hilangnya substansi seluler menyebabkan sel menjadi lisis. Obat- obat yang memiliki aktivitas ini antara lain polimiksin, amfoterisin B, gramisidin, nistatin, kolistin.
  • Menghambat sintesa folat mekanisme kerja ini terdapat pada obat-obat seperti sulfonamida dan trimetoprim. Bakteri tidak dapat mengabsorbsi asam folat, tetapi harus membuat asam folat dari PABA (asam para amino benzoat), dan glutamat. Sedangkan pada manusia, asam folat merupakan vitamin dan kita tidak dapat menyintesis asam folat. Hal ini menjadi suatu target yang baik dan selektif untuk senyawa-senyawa antimikroba.
  • Mengganggu sintesis DNA mekanisme kerja ini terdapat pada obat-obat seperti metronidasol, kinolon, novobiosin. Obat-obat ini menghambat asam deoksiribonukleat (DNA) girase sehingga mengahambat sintesis DNA. DNA girase adalah enzim yang terdapat pada bakteri yang menyebabkan terbukanya dan terbentuknya superheliks pada DNA sehingga menghambat replikasi DNA

4. Berdasarkan aktivitasnya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut (Kee, 1996) :
  • Antibiotika spektrum luas (broad spectrum) contohnya seperti tetrasiklin dan sefalosporin efektif terhadap organism baik gram positif maupun gram negatif. Antibiotik berspektrum luas sering kali dipakai untuk mengobati penyakit infeksi yang menyerang belum diidentifikasi dengan pembiakan dan sensitifitas.
  • Antibiotika spektrum sempit (narrow spectrum) golongan ini terutama efektif untuk melawan satu jenis organisme. Contohnya penisilin dan eritromisin dipakai untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif. Karena antibiotik berspektrum sempit bersifat selektif, maka obat-obat ini lebih aktif dalam melawan organisme tunggal tersebut daripada antibiotik berspektrum luas.
5. Berdasarkan daya hambat antibiotik, terdapat 2 pola hambat antibiotik terhadap kuman
yaitu (Anonim, 2008) :
  • Time dependent killing. Pada pola ini antibiotik akan menghasilkan daya bunuh maksimal jika kadarnya dipertahankan cukup lama di atas Kadar Hambat Minimal kuman. Contohnya pada antibiotik penisilin, sefalosporin, linezoid, dan eritromisin.
  • Concentration dependent killing. Pada pola ini antibiotik akan menghasilkan daya bunuh maksimal jika kadarnya relatif tinggi atau dalam dosis besar, tapi tidak perlu mempertahankan kadar tinggi ini dalam waktu lama. Contohnya pada antibiotik aminoglikosida, fluorokuinolon, dan ketolid.


3.2.  Mekanisme Kerja Antibiotik
Antibiotik bekerja dengan cara menghalangi proses penting yang dilakukan oleh bakteri, sehingga sebagai hasil akhirnya antibiotik dapat membunuh bakteri, atau menghentikannya untuk membelah diri. Ketika bakteri lemah dan tidak berkembang biak, maka ini akan membantu sistem kekebalan alami tubuh untuk melawan infeksi bakteri dengan tuntas.
Berbagai jenis antibiotik juga memiliki cara kerja yang berbeda. Sebagai contoh, penisilin bekerja dengan cara menghancurkan dinding sel bakteri. Antibitoik mencegah bakteri untuk mensintesis molekul dinding sel yang disebut peptidoglikan, dinding sel ini yang menyediakan kekuatan yang dibutuhkan bakteri untuk bertahan hidup dalam tubuh manusia. Sedangkan antibiotik lainnya berfungsi mempengaruhi cara sel bakteri bekerja, sebagai berikut: Salah satu golongan antibitiotik yang disebut kuinolon memiliki mekanisme kerja menghambat girase DNA, enzim penting yang membantu DNA bakteri untuk memperbanyak diri. Dengan menghapus girase, ciprofloxacin dan antibiotik yang sejenis secara efektif mencegah bakteri berkembang biak. Beberapa antibiotik, termasuk tetrasiklin, yang biasanya digunakan untuk mengobati jerawat, infeksi saluran pernapasan dan kondisi lain, berfungsi menghambat sintesis protein. Antibiotik ini mencegah molekul ribosom untuk mensintesis protein. Tanpa protein, bakteri tidak dapat melaksanakan fungsi-fungsi vital, termasuk reproduksi aseksual. Rifampisin, kelompok obat anti tuberkulosis (OAT), memiliki fungsi yang sama, yaitu menghambat sintesis RNA, molekul yang terlibat dalam menerjemahkan DNA tubuh menjadi protein. Ada juga jenis antibiotik yang melawan bakteri dengan mekanisme kerja menghentikan memproduksi asam folat oleh bakteri – vitamin penting – yang digunakan bakteri untuk memperkokoh membran sel, membran sel ini mengontrol keluar masuknya zat dari dan ke tubuh bakteri.
Contoh Obat Antibiotik yaitu :
Ciprofloxacin adalah antibiotik yang termasuk dalam golongan fluorokuinolon yang merupakan generasi ke 2. Obat ini bekerja melakukan penghambatan terhadap dua jenis enzim topoisomerase yaitu enzim DNA gyrase dan enzim topoisomerase IV. Kedua enzim tersebut berperan dalam pembentukan DNA sel bakteri. Dengan mekanisme kerja tersebut ciprofloxacin dapat membunuh bakteri sehingga obat ini digolongkan sebagai bakterisidal. Obat ini merupakan antibiotik broad spectrum (spektrum luas) yang aktif mematikan bakteri gram negatif maupun gram positif.
3.3. Efek Samping Antibiotik
Masing-masing dari tipe dan golongan antibiotik kemungkinan menimbulkan efek samping pada sebagian orang. Sebagian efek samping yang ditimbulkan lebih umum terjadi di tipe atau golongan antibiotik tertentu dibandingkan dengan jenis atau golongan antibiotik lainnya. Ada beberapa efek samping dari antibiotik yang terjadi,seperti:
1.      Demam
2.      Sakit perut
3.      Sensitif terhadap sinar matahari
4.      Tendonitis atau peradangan pada tendon
5.      Kejang atau gangguan jantung
6.      Reaksi alergi terhadap sesak nafas,wajah,lidah atau bibir mengalami bengkak
3.4. Indikasi dan Kontraindikasi
·         Indikasi
Infeksi pada saluran pernapasan, infeksi saluran pencernaan, infeksi saluran kemih dan gonore akut (raja singa) Infeksi pada kulit. jaringan lunak, tulang dan sendi serta osteomilitis akut. Mengobati penyakit tipes.
·         Kontraindikasi
Penderita yang mempunyai riwayat alergi terhadap ciprofloxacin dan golongan quinolon lain Penderita yang mempunyai riwayat epilepsi atau gangguan kejang lainnya. Penderita yang mempunyai riwayat ruptur tendon Penderita yang merupakan wanita hamil dan ibu menyusui.
3.5. Penyalahgunaan antibiotik
            Secara umum, dalam sebuah populasi bakteri yang menyebabkan penyakit, hanya terdapat benberapa bakteri yang resistensi terhadap antibiotik.Namun, bila menggunakan antibiotik yang tidak secara spesifik ataupun salah penggunaan antibiotik hanya akan membunuh bakteri yang sensitif dan membiarkan bakteri yang resisten bertahan hidup hingga dapat berkembangbiak. Apabila populasi bakteri yang resisten terlanjur banyak, maka penggunaan antibiotik menjadi sia-sia.  Bahkan tubuh bisa mengalami ketergantungan. Penyalahgunaan antibiotik dapat menyebabkan tubuh manusia menolak antibiotik atau yang disebut resistensi antibiotik. Penyalahgunaan antibiotik berkontribusi pada kenaikan ‘Superbugs’ yang melawan resisten terhadap antibiotik. Selain itu, penyalahgunaan antibiotik dapat menyebabkan infeksi yang buruk.
3.6. Contoh Kasus
Pada pasien yang mengalami batuk, seringkali diberikan antibiotik. Padahal batuk ada 2 macam, ada yang disebabkan oleh infeksi virus, sehingga tidak perlu diberi antibiotik, ada yang memang karena bakteri diparu-paru (pneumonia). Untuk mengetahui jenis batu yang diderita oleh pasien, tentu diperlukan pemeriksaan mendalam terhadap jenis penyakit yang diderita.

Comments

Popular posts from this blog

NASKAH BIANTARA - NGAMUMULE BUDAYA SUNDA

LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KECAMBAH KACANG HIJAU TERHADAP CAHAYA